Jakartakita.com – Pemerintah terus mendorong hilirisasi riset yang dilakukan oleh semua lembaga litbang.
Salah satu upayanya, yaitu dengan pemberian anugerah Hak Kekayaan Intelektual Produktif dari Kementerian Riset dan Teknologi kepada hasil invensi yang telah diusulkan paten.
Anugerah ini diberikan langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro kepada 26 paten produktif.
Adapun dari 26 paten yang mendapatkan anugerah tersebut, 5 diantaranya berasal dari Balitbangtan, Kementerian Pertanian, yaitu; Mesin Pemanen Multi Komoditas; Transplanter JARWO Lahan Sawah Kedalaman 60 cm; Formulasi Feromon dan Proses Pembuatannya; Proses Pembuatan Minuman Kesehatan Dari Sari Kulit Buah Manggis; dan Vaksin Bivalen Avian Influenza (AI) H5N1 Subtipe H5N1 dari Strain Virus A/chicken/wesjava/pwt-Wij/2006.
Menurut Menristek, banyak hasil riset yang hanya berhenti di laboratorium, laporan, atau prototipe.
Hal ini bukan karena riset yang tidak berkualitas, namun karena lemahnya kaitan antara dunia penelitian dengan dunia usaha atau industri.
“Salah satu jembatan untuk bisa masuk ke industri adalah dengan pengakuan terhadap kekayaan intelektual,” tutur Bambang seperti dilansir dalam siaran pers, Kamis (19/11).
Ditambahkan, bahwa tak hanya hak paten, namun hal itu juga harus berlanjut menjadi inovasi.
“Hak paten itu harus berlanjut menjadi industri alias ada yang mau membeli atau mengambil lisensi dari hak paten tersebut, yang kemudian berujung pada produk yang tidak hanya diproduksi secara massal tetapi juga bisa menembus market,” sambung Bambang.
Lebih lanjut diungkapkan, bahwa pihaknya mengapresiasi para peneliti atau dosen yang merancang sejak penelitiannya bahwa paten atau hak intelektual yang akan diajukan adalah sesuatu yang punya prospek di market. Artinya, para peneliti dan dosen harus lebih mendengarkan masukan dari industri.
“Karena itu diskusi antara peneliti dan industri harus difasilitasi dengan baik supaya terjalin hubungan yang erat. Para industri mau lebih ke hulu mau, lebih mengerti peneliti, penelitinya juga harus mau lebih ke hilir, mengerti apa maunya industri. Barulah komunikasi bisa terjalin dengan baik sehingga kemungkinan besar inovasi bisa dilahirkan,” jelas Menristek Bambang.
Lebih lanjut Menristek berharap, industri mau berinvestasi besar di bidang R&D dalam upaya penciptaan inovasi.
Para penerima anugerah juga diharapkan tidak berhenti atau mengendurkan semangat untuk melakukan riset dan inovasi.
“Justru ini menjadi titik tolak bahwa ke depan, riset dan inovasi harus menjadi arus utama dalam pembangunan di Indonesia,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menyatakan, bahwa dalam penghargaan ini, pihaknya hanya mengusulkan paten dari inovasi teknologi yang telah mencapai tahap komersialisasi.
“Paten-paten tersebut telah diproduksi secara massal oleh industri, dan telah tersebar serta digunakan oleh masyarakat,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo juga terus menyebut mengenai pentingnya riset, khususnya di bidang pertanian.
“Litbangtan menjadi penting untuk saya. Negara yang tertinggal itu karena Litbangnya yang tertinggal. Kenapa Jepang bisa lebih baik, kenapa Taiwan risetnya lebih baik, karena memiliki penelitian lebih berkualitas karena negara memfasilitasi sehingga riset itu makin berkembang dan itu menjadi ukuran,” tutur Mentan, disela acara Ekspose Inovasi Tanaman Hias di Cianjur, beberapa waktu lalu.
Selain Penghargaan Hak Kekayaan Intelektual Produktif; pada kesempatan tersebut, Kemenristek/BRIN juga memberikan Penghargaan Artikel Ilmiah Berkualitas Tinggi Bidang Kesehatan dan Obat; Penghargaan Artikel Ilmiah Berkualitas Tinggi Bidang Non Kesehatan dan Obat; Penghargaan Penulis Produktif; dan Penghargaan Peningkatan Kualitas Jurnal Ilmiah. (Edi Triyono)