Jakartakita.com – Setiap ibu punya perjuangannya masing-masing, tak terkecuali para ibu di SOS Children’s Villages Indonesia yang mengasuh anak-anak yang telah kehilangan pengasuhan orang tua.
SOS Children’s Villages sendiri merupakan organisasi sosial yang aktif dalam mendukung hak-hak anak dan berkomitmen memberikan pengasuhan berkualitas kepada anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua.
Fokus yang diberikan adalah kebutuhan utama anak-anak, dalam bentuk keluarga dan rumah yang penuh kasih sayang.
Sejak tahun 1972, SOS Children’s Villages Indonesia membangun desa ramah anak dengan 8 lokasi area kerja di Indonesia, dari Banda Aceh, Meulaboh, Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Bali, dan Maumere.
Sekitar 1.100 anak dalam asuhan dan 4.500 anak dalam dampingan SOS Children’s Villages adalah anak-anak yang berisiko atau telah kehilangan pengasuhan orang tua.
Ratusan ibu di SOS Children’s Villages adalah ibu yang tanpa melahirkan anak-anak SOS, mampu melimpahkan kasih sayang yang besar sehingga anak tak pernah merasa sendiri.
Seperti cerita ibu Yusmanidar yang sudah mendedikasikan diri menjadi ibu asuh selama 14 tahun di SOS Children’s Village Meulaboh.
Asal tahu saja, Tsunami Aceh 2004 silam membawa luka yang cukup dalam bagi masyarakat Aceh. Ratusan ribu orang menjadi korban dari gelombang dahsyat yang menyapu daratan Serambi Mekkah.
Seorang ibu bernama Yusmanidar menjadi saksi dan korban, ia kehilangan suaminya dalam peristiwa 16 tahun lalu itu.
Yusmanidar dan dua putrinya berhasil bertahan. Sejak itu, ia harus menjadi tulang punggung sendirian.
Tepat 1 Juli 2006, ia mendedikasikan diri untuk mengasuh anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua pasca tsunami.
Kini, sudah 14 tahun Yusmanidar mengabdi sebagai ibu dan sudah 17 anak yang ia rawat dan besarkan.
Layaknya sebuah keluarga, tawa dan tangis menjadi makanannya sehari-hari.
Tahun 2017 menjadi titik balik kehidupannya tatkala ia diberi amanah untuk menjaga seorang anak berkebutuhan khusus bernama Annisa.
Yusmanidar merawat Annisa sejak Annisa lahir dan menjadi anak asuh di SOS Children’s Village Meulaboh.
Perjuangannya cukup panjang. Annisa yang mengidap cerebral palsy, harus bolak-balik ke rumah sakit. Setiap bulan, Yusmanidar juga harus mengambil obat untuk Annisa dan dua kali seminggu, Annisa harus pergi terapi.
“Sejak merawat Annisa yang merupakan anak istimewa, saya tidak pernah merasa terbebani. Annisa justru menjadi kekuatan bagi saya. Bahkan, mengasuh Annisa adalah sumber kebahagiaan,” cerita Yusmanidar, seperti dilansir dalam siaran pers, Selasa (22/12).
SOS Children’s Villages telah memberi warna dan keluarga baru di kehidupannya. Di usianya yang ke 53 tahun, ia hanya berharap anak-anak SOS bisa tumbuh dengan baik dan berguna bagi orang-orang sekitar.
Banyak kisah pilu yang telah Yusmanidar lalui, tetapi melihat anak-anaknya tumbuh dan berkembang adalah sebuah kebahagiaan yang tak terrnilai baginya. Bahkan, Yusmanidar masih sering saling kontak dengan anak-anaknya yang sudah sukses atau disebut “mandiriwan”.
Ibu Yusmanidar hanya satu dari ratusan ibu asuh di SOS Children’s Villages Indonesia.
“Para ibu adalah tulang punggung pengasuhan di SOS. Terima kasih telah merawat harapan ribuan anak SOS Children’s Villages Indonesia,” ucap Gregor Hadi Nitihardjo selaku National Director SOS Children’s Villages Indonesia.