Jakartakita.com – Memasuki musim penghujan tahun 2021, warga di berbagai penjuru tanah air kembali mengalami bencana alam seperti longsor dan banjir.
Diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, sehingga dampak kerugian dirasa lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia DKI Jakarta memperkirakan, kerugian para pengusaha akibat banjir mencapai Rp30 – 40 miliar. Hal ini terutama disebabkan karena terganggunya pasokan logistik.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana Tahun 2021 menyatakan, bahwa Indonesia termasuk ke dalam 35 negara paling rawan bencana di dunia.
Guna mengantisipasi potensi bencana di masa depan, menurut Jokowi, diperlukan strategi manajemen kebencanaan yang bersifat preventif dengan fokus pengurangan risiko bencana, dilakukan secara multisektoral dan desentralisasi sebagai tanggung jawab bersama.
Sejalan dengan hal tersebut, Universitas Pertamina sebagai institusi pendidikan tinggi yang fokus pada riset aplikatif, menggandeng PT ESRI Indonesia untuk melakukan kajian potensi kebencanaan di Indonesia.
Kerja sama ini dituangkan dalam bentuk pelaksanaan tridarma perguruan tinggi berbasis pengembangan ilmu teknologi geospasial.
Menurut Rektor Universitas Pertamina, Prof. IGN Wiratmaja, Ph.D, Universitas Pertamina memiliki program studi yang fokus pada pengembangan ilmu geografi dan geoscience. Di dalam kurikulumnya juga terdapat mata kuliah Mitigasi Bencana.
“Jika disinergikan dengan industri, maka permasalahan yang ada di lapangan akan mengalir ke level akademik untuk dikaji dan diteliti dengan metode keilmuan. Ini akan membentuk siklus continuous learning,” jelasnya, Jumat (12/3).
Selain berfokus pada penyiapan peta bencana berdasarkan historical, menurut Prof Wirat, juga penting dalam manajemen bencana untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan cepat.
“Sebagai unsur yang dekat dengan masyarakat, SDM di Universitas Pertamina diharapkan dapat membantu proses recovery ini,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama, CEO PT Esri Indonesia, Achmad Istamar mengungkapkan, bahwa manajemen bencana sangat penting untuk mengurangi risiko kerugian material dan korban jiwa.
“Dalam menjalankan manajemen bencana, PT ESRI Indonesia berfokus pada survey lokasi dan analisa data mendalam. Hasil analisa dalam bentuk peta ini kemudian dibagikan kepada masyarakat melalui website dan aplikasi yang dapat diakses dengan gawai. Sehingga, masyarakat di daerah rawan bencana akan lebih siap dan waspada,” ujar Achmad.
Ditambahkan, data geospasial diperlukan untuk menyusun kebijakan yang tepat, salah satunya dalam manajemen kebencanaan.
“Kami akan memberikan lisensi software geospasial yang dapat digunakan oleh sivitas Universitas Pertamina untuk kegiatan penelitian. Ke depannya, PT ESRI Indonesia dan Universitas Pertamina akan melakukan kegiatan tridarma terkait pengembangan ilmu teknologi geospasial,” jelasnya. (Edi Triyono)