Jakartakita.com – Indonesia tengah bersiap menjadi pusat digital strategis di Asia Tenggara.
Terlepas dari sejumlah tantangan di industri pusat data, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur dan konektivitas jaringan, investasi properti di sektor pusat data di Indonesia masih menarik bagi pemain lokal maupun internasional.
Sektor ini akan terus tumbuh dan berkembang pesat seperti yang terjadi di banyak negara lain di kawasan ini dan secara global.
Hal ini didorong oleh pertumbuhan populasi generasi muda dan kelas menengah yang terus meningkat, kebangkitan ekonomi digital, fundamental ekonomi makro yang kuat dan peningkatan jumlah pengguna internet.
Demikian disebutkan dalam laporan konsultan properti JLL berjudul ‘Data centre in Indonesia: Unveiling the potential to become the next digital hub’ yang belum lama ini dipublikasikan.
Melansir siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Senin (02/8), Yunus Karim, Head of Research, JLL Indonesia menyebutkan, bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi terpadat keempat di dunia dan terbesar di Asia Tenggara, seperti yang disebutkan dalam Oxford Economics.
Dengan jumlah generasi muda yang cukup banyak, dan sebagian di antaranya paham teknologi, Indonesia memiliki demografi yang dapat mendorong pertumbuhan pusat data di seluruh negeri.
Menurut Statista, sekitar 73% dari 270 juta orang di Indonesia menggunakan internet setiap hari. Angka tersebut menjadikan negara ini sebagai salah satu pasar online terbesar di dunia. Oleh sebab itu, banyak layanan digital bermunculan, seperti e-commerce dan keuangan digital.
“Dalam tiga tahun terakhir, kami telah melihat sejumlah pemain besar di bisnis pusat data, baik lokal maupun internasional, dari pengembang dan investor hingga pengguna akhir, secara bertahap memasuki pasar Indonesia untuk meraih keuntungan dari potensi sosial ekonomi Indonesia,” kata Yunus Karim.
Ditambahkan, penyedia dan operator cloud global seperti Alibaba, AWS, Google, Microsoft dan Tencent bersaing untuk memperkuat jaringan mereka di Indonesia, terutama di Jabodetabek sebagai pasar utama.
Sementara itu, baik operator dan pengembang lokal maupun asing, seperti DCI Indonesia, Telkom Indonesia, NTT, Keppel DC dan Princeton Digital Group, juga telah meluncurkan fasilitas pusat data mereka.
Demikian pula dengan STT GDC, Digital Edge, dan LOGOS yang belum lama ini bermitra dengan Pure Data Center telah mengumumkan rencana mereka untuk membangun pusat data di Indonesia.
“Saat ini, Jabodetabek masih dianggap sebagai pasar utama di Indonesia, dengan sejumlah fasilitas pusat data yang ada di Jakarta Pusat, Bogor dan Tangerang. Namun, dalam empat tahun terakhir, para pengguna akhir dan penyedia layanan mulai menggarap bagian timur Jakarta, seperti Cikarang dan Karawang,” kata Farazia Basarah, Head of Logistics & Industrial, JLL Indonesia.
“Selain Jabodetabek, kami juga melihat Batam sebagai lokasi pusat data masa depan untuk Indonesia seiring pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) baru yang diperuntukkan bagi ekonomi digital dan pariwisata. Selain itu, lokasi geografisnya relatif aman dari bencana alam dan dekat dengan Singapura. Ini akan menjadi daya tarik bagi sejumlah penyedia layanan untuk mengembangkan keberadaan mereka di sana,” sambungnya.
Adapun pasar pusat data di Indonesia masih relatif baru dan belum sepenuhnya terlayani dibanding dengan pasar lain dengan demografi serupa, seperti India dan China, yang memiliki populasi besar dan pengguna internet yang terus meningkat.
“Kami melihat akan ada lebih banyak pengembangan fasilitas pusat data baik oleh pemain lokal maupun internasional di masa yang akan datang, termasuk di luar Jabodetabek dengan dukungan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur serta masuknya jaringan internet di daerah-daerah lain.” tambah Yunus Karim, Head of Research, JLL Indonesia.