Gagas Integrasi Penggunaan Energi Surya di Kegiatan Hulu Migas, Tiga Mahasiswa Universitas Pertamina Raih Penghargaan

foto : dok. Universitas Pertamina

Jakartakita.com – World Health Organization (WHO) memprediksi pemanasan global akibat emisi karbon dapat mengakibatkan 250 ribu kematian manusia per tahun antara 2030 hingga 2050.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor energi, yang termasuk di dalamnya usaha penyedia migas, menyumbang 47 persen emisi karbon nasional.

Menyikapi hal tersebut diatas, guna mendukung upaya G20 dalam mengurangi emisi karbon, tiga mahasiswa Universitas Pertamina mengajukan gagasan integrasi penggunaan energi surya dalam kegiatan hulu migas.

Inovasi besutan Arief Akhmad Syarifudin, Christianov Agassi Batistuta Sumolang dan Inggrialianthari Rezkhi Trinugrahandini ini diyakini dapat menurunkan CO2 hingga 14 ribu ton per tahun.

“Umumnya metode Thermal Enhanced Oil Recovery atau TEOR dalam pengambilan sisa minyak, menggunakan pembakaran gas. Proses ini  menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Kami menggagas ide penggunaan energi surya menggantikan gas bumi dalam proses pembangkitan uap,” ungkap Arief, seperti dilansir dalam siaran pers, Senin (28/3).

Asal tahu saja, metode TEOR dilakukan untuk mengoptimalkan pengambilan sisa minyak yang tidak terkuras.

Dilakukan dengan cara menginjeksi uap ke dalam reservoir untuk memanaskan minyak berat (heavy oli) agar kekentalannya berkurang.

Alhasil, minyak lebih mudah diangkat ke permukaan.

“Inovasi yang kami ajukan adalah penggunaan Concentrated Solar Power (CSP) yang terdiri dari kumpulan reflector (heliostat) yang berfungsi memantulkan sinar matahari ke central tower (receiver). Panas yang terkumpul di tower akan digunakan untuk memanaskan molten salt sebagai media fluida yang kemudian digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Uap ini akan diinjeksi ke dalam reservoir untuk proses TEOR,” tambah Arief.

Sementara itu, untuk mengatasi masalah ketergantungan cuaca dari energi surya, tim melakukan intermittent injection.

“Istilah lainnya adalah injeksi selang seling. Jadi, pada malam hari injeksi uap dengan temperatur tinggi akan diganti dengan injeksi air panas. Setelah dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak, efektivitasnya ternyata tidak jauh berbeda dengan injeksi uap temperatur tinggi,” jelas Arief.

Solusi Efisien Raih Penghargaan

Berdasarkan analisa nilai keekonomian, Arif dan tim menghitung inovasi mereka dapat mengefisiensikan biaya produksi migas hingga 50 persen. Sehingga inovasi ini menawarkan solusi  pengurangan emisi karbon dalam kegiatan migas, yang sekaligus juga lebih efisien secara ekonomi.

Inovasi yang dirancang oleh tim dari mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut berhasil meraih juara 1 di ajang bergengsi tahunan, Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP) 2022, yang diselenggarakan oleh UPN Veteran Yogyakarta, pada tanggal 5 Maret 2022 lalu.

Inovasi ini juga meraih penghargaan di ajang Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2021.

APECX merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers, Universitas Gadjah Mada (SPE UGM-SC). (Edi Triyono)

Energi Suryahulu MigasMahasiswametode Thermal Enhanced Oil RecoveryPenghargaanpengurangan emisi karbonTEORUniversitas Pertamina
Comments (0)
Add Comment