Jakartakita.com -Terhitung sejak Maret 2022, Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo, telah secara bertahap menghapus layanan jaringan 3G. Dikatakan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), aksi ini dilakukan untuk mengoptimalkan jaringan 4G dan 5G untuk mendukung pengembangan Internet of Things (IoT) di Indonesia.
Menyikapi hal ini, dalam hal pengembangan perangkat IoT, mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) juga tidak mau ketinggalan untuk mengambil peran.
Adalah Siska Dwi Wahyuni, Ghifari Fadhil Rahman, Sakinah Zahra, Arinda Virgiana, dan Zikri Anugrah Harahap, mahasiswa Universitas Pertamina yang berinisiatif mengembangkan alat pengumpul sampah berbasis IoT bertenaga surya.
KemenKominfo menyebutkan, jumlah perangkat IoT di Indonesia pada Tahun 2022 mencapai 400 juta.
Dengan hadirnya jaringan 5G, diprediksi jumlah ini akan meningkat menjadi 678 juta pada 2025 mendatang.
Sementara itu, nilai pangsa pasar perangkat IoT di Indonesia yang menyentuh 355 triliun pada tahun 2022, juga diprediksi naik menjadi Rp 557 triliun pada tahun 2025.
“Ide ini muncul ketika kami sedang melakukan kajian pencemaran sungai akibat penumpukan sampah. Kami melihat peluang untuk menciptakan alat pengumpul sampah yang bisa menghemat waktu dan tenaga, dengan memanfaatkan teknologi internet. Alat ini kami beri nama River Trash Trap (RiT-Trap),” ungkap Siska sebagai mahasiswi Teknik Lingkungan UPER, seperti dilansir dalam siaran pers, Sabtu (2/4)
Dijelaskan, cara kerja alat pengumpul sampah berbasis IoT tersebut, cukup sederhana.
Tim menyematkan dua buah sensor pada sistem penangkap sampah RiT-Trap, yakni sensor jarak dan sensor kecepatan aliran.
Informasi yang terekam kemudian dikirim ke mikrokontroler menggunakan jaringan Bluetooth atau jaringan internet.
“Singkatnya, dengan sensor tersebut, RiT-Trap akan mulai mengumpulkan sampah yang ada di sungai. Pengguna dapat mengontrol pergerakan alat melalui smartphone yang terhubung dengan internet. Bobot sampah yang sudah terkumpul juga bisa diketahui di layar smartphone,” tutur Siska.
Adapun total bobot sampah yang bisa diangkut oleh RiT-Trap berkisar antara 250 sampai 550 gram.
Selain dapat mengumpulkan sampah, alat ini juga diklaim dapat mendeteksi adanya limbah sungai.
Sementara itu, sumber energi listrik yang digunakan untuk memutar rotor berasal dari energi surya dengan instalasi panel surya pada bagian atas RiT-Trap.
Inovasi mahasiswa lintas program studi Teknik Lingkungan, Teknik Geofisika, dan Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut, berhasil meraih Bronze Medal di ajang Youth International Science Fair (YISF), untuk kategori Environmental Science.
YISF merupakan ajang internasional bergengsi yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara, seperti; Turki, Brazil, Thailand, dan Malaysia.
Tahun ini, kejuaraan yang diinisiasi oleh Indonesian Young Scientist Association tersebut, diikuti oleh 459 tim dari 22 negara.
Dian Nuswantoro University dipilih sebagai tuan rumah pelaksanaan ajang inovasi yang digelar secara hybrid tersebut. (Edi Triyono)