Jangan Remehkan Komorbid, Lakukan Pemeriksaan Kesehatan & Miliki Asuransi

foto : dok. Sequis

Jakartakita.com – Pada awal pandemi (bahkan hingga kini), mudah kita temukan orang berolahraga, berjemur pagi, mengonsumsi vitamin, menjalankan diet sehat, dan lainnya.

Kesadaran ini tentunya sangat baik jika dijalankan setiap hari, sedangkan bagi yang sudah memiliki komorbid atau penyakit bawaan, menjalankan gaya hidup sehat dapat mempertahankan dan menguatkan sistem pertahanan tubuh.

Menurut Dokter Penyakit Dalam RS Premier Jatinegara Jakarta, dr. Ario Perbowo Putra, Sp. PD, FINASIM, langkah awal menjalankan hidup sehat adalah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui apakah kita memiliki penyakit bawaan atau tidak, agar jika terdapat gejala dapat segera diobati, sebelum berkembang menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

“Penyakit komorbid merupakan penyakit penyerta lain selain penyakit utamanya. Dapat bersifat akut atau kronis menahun. Adanya komorbid bisa memperparah gejala atau beratnya derajat penyakit utama. Faktor risiko, seperti usia dan jenis kelamin dapat berbeda pada setiap komorbid, tidak bisa disamaratakan. Namun, semua penyakit komorbid berpotensi memperberat penyakit yang sedang dialami. Terutama, jika penyakit komorbid tidak terkontrol dan ada gejala. Bahkan, untuk beberapa penyakit, seperti jantung atau stroke bisa menyebabkan kematian mendadak,” beber dr. Ario Perbowo Putra, seperti dilansir dalam siaran pers, yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini.

Lebih lanjut dijelaskan, banyak orang tidak menyadari apakah dirinya memiliki penyakit penyerta, misalnya sudah terbiasa minum kopi manis setiap hari padahal sebenarnya sudah ada gangguan diabetes, merasa kaki sering nyeri kesemutan saat mengonsumsi seafood tapi tidak juga memeriksakan diri.

“Pada beberapa orang, bisa saja tidak merasakan sesuatu hingga penyakit sudah stadium tinggi tapi ada juga yang merasa ada bagian tubuh tidak nyaman saat mengonsumsi makanan tertentu. Rasa tidak nyaman ini bisa jadi respon tubuh terhadap suatu gejala penyakit. Saat tertular covid-19 dan didiagnosis terdapat penyakit bawaan, barulah kita menyadari bahwa tubuh kita tidak dalam keadaan seratus persen sehat,” jelasnya lagi.

Lebih lanjut, dr. Ario menyarankan agar masyarakat tidak mengabaikan komorbid terutama saat pandemi. 

“Jika seseorang sudah tahu riwayat penyakit terdahulu dan ada obat yang biasa dikonsumsi rutin maka sudah pasti termasuk orang dengan komorbid. Sebaiknya, selalu informasikan perihal ini kepada dokter yang merawat,” jelas dr. Ario.

Ditambahkan, bagi mereka yang belum mengetahui apakah memiliki komorbid atau tidak, disarankan agar berkonsultasi dengan dokter.

“Diagnosis akan dilakukan dokter melalui anamnesis tanda serta gejala sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan rekam jantung/elektrokardiogram(EKG), dapat juga melalui pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, ultrasonography, Computerized Tomography (CT) scan, atau  Magnetic Resonance Imaging (MRI),” kata dr. Ario.

Jika pasien terbuka dan jujur, lanjutnya, dokter dapat mengetahui sejauh mana kondisi komorbid pasien tersebut terkontrol karena kondisi komorbid pada setiap pasien berbeda. Ada yang kondisi komorbidnya stabil terkontrol dan ada yang kambuh.

“Jika pasien komorbid terinfeksi covid maka dokter dapat mengetahui derajat berat penyakit covid-19 dan dapat melaksanakan tata-laksana secara menyeluruh. Jika komorbid terkontrol akan sama dengan pasien tanpa komorbid,” sebut dr. Ario.

Berasuransi Sebelum Terkena Komorbid

Di kesempatan yang sama, Faculty Head Sequis Quality Empowerment Yan Ardhianto, AWP, RFP, IPP mengungkapkan pentingnya asuransi kesehatan, yang akan berguna dalam pengelolaan finansial saat kondisi sakit, yaitu untuk membayar biaya medis.

Yan mengartikan asuransi kesehatan dengan cara sederhana, yaitu; saat rawat inap, keluarga harus menyiapkan dana untuk keperluan pengobatan dan urusan lainnya, seperti transportasi & akomodasi menjaga pasien dan pemeriksaan lanjutan pasca rawat inap.

Untuk mendanai semua itu, biasanya menggunakan dana darurat tapi bisa jadi hanya cukup untuk membiayai urusan lain, belum tentu cukup untuk pengobatan. Alternatif lain, dengan meminjam uang atau menarik tabungan sebagai solusi tercepat karena menjual aset membutuhkan waktu.

Tetapi, tidak juga ada jaminan bahwa uang yang terkumpul cukup untuk membiayai pengobatan, sebab besaran biaya pengobatan hanya diketahui setelah pasien dinyatakan boleh pulang. Setelah pengobatan, keluarga harus menyelesaikan pinjaman.

Dana yang tersisa, harus diatur dengan ketat demi bisa membayar utang dan biaya rawat jalan.

Berbeda dengan mereka yang memiliki asuransi kesehatan, tanggungan biaya pengobatan saat rawat inap hingga pasca rawat inap akan ditanggung oleh perusahaan asuransi (dengan nilai sesuai ketentuan polis). Jika produk asuransi yang dimiliki sudah menggunakan fasilitas cashless akan lebih baik lagi, karena keluarga tidak perlu menyiapkan dana di depan untuk biaya jaminan rumah sakit.  

“Jika kita sudah memiliki asuransi kesehatan, saat terkena risiko sakit, kita tidak membebankan keuangan dan tidak mengganggu dana operasional rutin keluarga, seperti kebutuhan sekolah dan dana belanja rumah tangga. Dengan memiliki asuransi kesehatan, kita juga bisa fokus melakukan perawatan kesehatan dan tidak khawatir dana darurat keluarga terganggu,” imbuh Yan.

Tips Memilih Asuransi

Dalam kesempatan ini, Yan membeberkan tips sederhana dalam memilih produk asuransi pada masa pandemic.

“Sebaiknya miliki asuransi kesehatan yang menanggung biaya rawat inap, perawatan intensif, dan pembedahan, yang membayarkan sesuai tagihan (as charged), juga memberikan manfaat perawatan penyakit kritis dengan limit manfaat tahunan yang tinggi, bahkan lebih baik jika nilainya selalu diperbarui setiap tahun oleh perusahaan asuransi. Hal ini karena biaya rumah sakit naik setiap tahunnya sedangkan manfaat asuransi yang kita miliki belum tentu mencukupi jika membutuhkan rawat inap yang panjang,” ungkap Yan.

Pada Sequis, lanjutnya, manfaat ini terdapat dalam produk Sequis Q Infinite MedCare Rider (SQIMC).

“Bagi mereka yang bekerja lebih banyak di luar ruang, terdapat riwayat penyakit kritis dalam keluarga, memiliki tanggungan yang banyak, maka jika penghasilan memadai, dapat menambahkan asuransi tambahan (rider) pembebasan premi (waiver of premium) pada asuransi kesehatan. Rider ini untuk berjaga-jaga bilamana mengalami ketidakmampuan total akibat penyakit atau kecelakaan. Padahal, masa pembayaran premi bersifat jangka panjang. Dengan menambah fasilitas pembebasan premi pada polis akan sangat membantu menjaga finansial keluarga tapi tetap bisa mendapatkan manfaat asuransi,” bebernya lagi.

Lebih lanjut Yan juga menyarankan bagi mereka yang pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sudah memiliki tabungan, investasi, juga asuransi kesehatan maka dapat menambah asuransi penyakit kritis.

“Asuransi penyakit kritis berfungsi menjaga kondisi keuangan bilamana dalam jangka panjang terdapat komorbid lalu terdiagnosis penyakit kritis. Uang Pertanggungan dari asuransi penyakit kritis adalah pengganti pendapatan agar tetap dapat berobat dan membiayai kebutuhan sehari-hari,” sebut Yan.

Dijelaskan, masyarakat bisa mendapatkan manfaat asuransi penyakit kritis yang memberikan fasilitas premi kembali hingga 150% jika tidak ada klaim dari produk Sequis SOFI (System and Organ Function Insurance).

Lebih lanjut diungkapkan, berasuransi tidak harus memiliki penghasilan tinggi dulu, karena dengan bujet terbatas pun kita tetap dapat melindungi finansial kita jika terkena risiko sakit dengan berasuransi melalui produk asuransi berpremi terjangkau.

Pada asuransi online, biasanya preminya murah dan tidak memerlukan cek kesehatan.

“Sequis memfasilitasi kebutuhan asuransi kesehatan dengan premi terjangkau melalui Superyou.co.id dengan menyediakan Super Easy Health (asuransi kesehatan umum), Super Well Protection (asuransi penyakit kritis), dan Super Care Protection (asuransi kesehatan penyakit menular),” jelasnya lagi.

Lebih lanjut, Yan juga memberikan tips pengelolaan keuangan bagi yang terlanjur memiliki komorbid dan penyakit bawaan.

“Sangat disayangkan jika kita tidak segera berasuransi karena pengobatan medis akan butuh biaya besar. Jika sudah terlanjur memiliki komorbid, satu-satunya cara menjaga finansial adalah menyisihkan penghasilan untuk dana darurat, minimal 10% dari penghasilan tetap. Dana ini hanya boleh diambil jika benar-benar darurat dan menyisihkan pendapatan untuk dana darurat haruslah dilakukan dengan disiplin,” tandas Yan.

AsuransiAsuransi KesehatanAsuransi Penyakit KritisCovid-19KomorbidPemeriksaan KesehatanSequis
Comments (0)
Add Comment