Angkat Prinsip Investasi Perdagangan yang Berkelanjutan, B20 Indonesia Harapkan Dampak Positif Bagi Pengusaha

foto : istimewa

Jakartakita.com – The Business 20 atau B20 (Forum Bisnis dalam Presidensi G20) yang diselenggarakan di Surabaya, Jawa Timur berlanjut dengan diskusi terbuka yang diikuti para penggiat usaha pada tanggal 16 September 2022 kemarin. Diskusi secara spesifik menyoroti soal proses rantai pasok (supply chain) yang efisien, sehingga berdampak positif terhadap bisnisnya.

Forum diskusi ini juga memacu UMKM untuk terintegrasi dengan sistem rantai pasok global, dan berinisiatif untuk mendampingi UMKM melakukan transformasi digital agar dapat berakselerasi ke rantai pasok global.

Selain itu, UMKM diharapkan bisa mengkreasikan model bisnis yang berkelanjutan berbasis ESG (Environment, Social, Governance). 

“Kita melihat ke depannya harus ada perubahan tentang tata kelola rantai pasok secara global maupun nasional. Tantangannya adalah diharapkan adanya kerjasama antara perusahaan secara jangka panjang,” ujar Lishia Erza selaku Wakil Ketua Komite Tetap, Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, KADIN Indonesia yang juga CEO ASYX, seperti dilansir dalam siaran pers, Rabu (21/9).

Adapun tantangan yang dimaksud, menurut Lishia, mencakup banyak hal, yaitu; pembiayaan dan kapasitas industri, hubungannya dengan usaha yang lebih kecil, serta bagaimana pemerintah menjadi katalis. 

“Demikian pula dari sisi keuangan. Harus diperkenalkan banyak model keuangan baru, mengingat pentingnya institusi keuangan bekerjasama dengan regulator yaitu Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lainnya. Nantinya pasca B20 akan ada rancangan program hingga lima tahun kedepan untuk membina UKM dan level industri dari segala sisi,” jelasnya lagi.

Di kesempatan yang sama, Ronald Walla, Ketua Bidang UMKM/Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), mengapresiasi penyelenggaraan B20 ini agar para pengusaha UMKM/IKM mampu mengelola bisnis yang berkesinambungan.

“Salah satu strategi bisnis yang ditekankan B20 ini adalah pengusaha UMKM harus memahami rantai pasok secara lebih baik terhadap keunggulan produk yang dimiliki sehingga memilki daya kompetitif yang baik bagi perusahaan sehingga dapat memenuhi ekspektasi pelanggan,” ujar Ronald.

Adal tahu saja, pada penyelenggaraan G20 di Bali pada November mendatang, akan membahas secara khusus hal yang berkaitan dengan perdagangan dapat membuka peluang besar dari pelaku UMKM untuk masuk ke dalam sistem rantai pasok global.

Para pemangku kepentingan dari seluruh dunia diyakini bisa memberikan akses pelaku UMKM dari Indonesia masuk ke dalam sistem tersebut. 

Dengan pendekatan yang dilakukan selama gelaran G20 itu, diharapkan pelaku UMKM dalam negeri dapat secara inklusif masuk ke sistem rantai pasok global. Lebih lanjut, Ronald menyampaikan, para penggiat UMKM dan pelaku usaha di seluruh sektor industri untuk mempraktikkan model bisnis dan investasi yang berkesinambungan berbasis prinsip ESG.

Adapun ESG ini telah populer di lima pasar utama Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Investasi berkelanjutan ini tentunya sangat mepertimbangkan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. 

Perusahaan yang menjalankan konsep ESG akan lebih mudah mendapatkan investasi dan menjadi pertimbangan dasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau tidaknya dalam suatu perusahaan. “Perusahaan yang mengimplementasikan konsep ESG ini dapat memberikan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan, ekologi, dan masyarakat melalui pemberdayaan komunitas,” ucap Ronald.

Di Indonesia sendiri, sejumlah lembaga nirlaba telah mengampanyekan praktik bisnis dan investasi berbasis ESG.

Wismilak Foundation, misalnya, menggelar program Diplomat Succes Challenge (DSC) untuk mendorong pertumbuhan wirausahawan berusia 20 – 45 tahun.

Program DSC yang dimulai sejak tahun 2010 ini, merupakan inkubator kewirausahaan yang memperkokoh ekosistem wirausaha di Indonesia, serta mendukung bisnis berkelanjutan dalam ajang yang diselenggarakan B20.

B20 Menyoroti Isu Keberlanjutan Lingkungan

Dari sisi lingkungan, peran strategis Indonesia untuk menanggulangi krisis iklim yaitu restorasi sumber daya alam.

Herlina Hartanto, Executive Director Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menjelaskan, bahwa untuk dapat merangkul stakeholder utama yaitu masyarakat desa yang dekat dengan hutan tropis, gambut, dan lainnya, upaya yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan ekonomi (SIDAK). 

“Perlindungan, pemberdayaan, dan komersialisasi produk hutan, insentif dari warga desa adalah pemberdayaan secara ekonomi untuk mau menjaga alam,” tuturnya.

Dari sisi pendanaan, Atika Benedikta, Investment Director Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) menjelaskan, ada pendanaan alternatif untuk lingkungan.

Dijelaskannya, ANGIN menyediakan dana pada tahap awal, karena belum ada format tersebut yang bisa diakomodir dari perbankan. 

“Harus ada investor untuk program ini, investor memberikan dana melihat sisi produk dan proses produksi apakah ada prinsip ramah lingkungan. Investor atau perusahaan model ventura juga memiliki ketertarikan kepada UMKM yang ramah lingkungan dan berdampak sosial,” paparnya.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)B20ekonomi berkelanjutanEnvironment Social GovernanceESGForum Bisnis dalam Presidensi G20KADINOJKPresidensi G20rantai pasoksupply chainThe Business 20UMKM
Comments (0)
Add Comment