Jakartakita.com – Indonesia berkomitmen untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 atau bahkan lebih cepat.
Dengan komitmen ini, para pemangku kepentingan di Indonesia harus mulai mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam perencanaan strategis mereka.
Konsultan property JLL mengungkapkan, bahwa salah satu inisiatif yang dapat dilakukan korporasi adalah mengurangi emisi karbon di sektor properti yang menyumbang sekitar 40% emisi karbon global.
“Properti adalah salah satu sektor penyumbang emisi karbon tertinggi, para pemangku kepentingan, termasuk pemilik bangunan, perlu menyeimbangkan upaya dari bangunan baru hingga renovasi perbaikan, karena bangunan baru saja tidak cukup membantu Indonesia dalam mencapai target nol karbon,” jelas James Allan, Country Head, JLL Indonesia, seperti dilansir dalam keterangan pers, Rabu (09/11).
Menurut laporan terbaru JLL bertajuk Indonesia’s journey towards sustainable real estate, Jakarta diharapkan mengambil langkah terdepan melalui Jakarta 30:30 Commitment, mengingat bahwa Jakarta kini menjadi kota yang lebih sehat, sejalan dengan perbaikan infrastruktur.
“Hingga kuartal kedua 2022, ada sekitar 1,9 juta meter persegi area green office di Jakarta, di mana 42% diantaranya merupakan gedung perkantoran Grade A yang telah memperoleh sertifikasi hijau,” kata Yunus Karim, Head of Research, JLL Indonesia.
Dengan arahan pemerintah untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia, di tengah meningkatnya permintaan akan gedung dengan konsep berkelanjutan, diharapkan bahwa para pemilik gedung, baik gedung baru maupun lama, akan berupaya menerapkan konsep bangunan hijau.
“Perbaikan bangunan tua yang belum memenuhi aspek keberlanjutan sangat penting untuk memenuhi permintaan pasar dan dapat menghindari penurunan nilai bangunan di masa mendatang. Bangunan yang hemat energi berpotensi dapat menghemat biaya operasional yang cukup signifikan,” tandas Prisca Winata, Energy and Sustainability Lead, JLL Indonesia.