Proteksi Dalam & Luar Demi Terhindar dari Diabetes

foto : Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan (dok. Sequis)

Jakartakita.com – Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia. 

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021 bahwa ada sekitar 19,5 juta orang Indonesia berusia 20-79 tahun yang mengidap diabetes di Indonesia.

Kondisi ini adalah sebuah peringatan bagi kita untuk bekerja keras menurunkan prevalensi diabetes ini. 

Tingginya kasus diabetes tidak lepas dari kebiasaan mengonsumsi gula yang terus meningkat khususnya pada kalangan muda.

Hal ini disampaikan oleh Senior Manager Medical Underwriter Sequis, dokter Fridolin Seto Pandu yang mengatakan, bahwa prevalensi diabetes akan sulit ditekan jika masyarakat masih terus terbiasa mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat.

“Kebiasaan minum dan makanan manis dalam jumlah banyak dan rutin dapat membuat tubuh mengalami resistensi insulin, yakni sel-sel tubuh tidak mampu menggunakan gula yang masuk ke dalam tubuh karena terjadi gangguan respon insulin atau dikenal dengan prediabetes. Padahal, insulin berguna untuk membantu proses metabolisme gula darah. Jika tidak segera diobati maka dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit diabetes dan penyakit komplikasi lainnya, seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, dan disfungsi ereksi karena diabetes adalah ‘induk’ dari segala penyakit degeneratif,” sebut dr. Fridolin seperti dilansir dalam siaran pers, Senin (14/11).

Misalnya saja, jelasnya, dalam satu gelas es kopi susu kekinian ternyata ada yang mengandung 25 sendok teh gula per sajian (sugars per serving) atau setara dengan 400 kalori.

Padahal jumlah gula yang boleh dikonsumsi idealnya 10% dari kebutuhan energi total.

Contohnya, jika kebutuhan kalori 1.500 kalori berarti asupan gula maksimal adalah 150 kalori.

Lantas apakah harus ‘tobat’ mengonsumsi makanan dan minuman manis?

Saran Dr. Fridolin adalah; pilihlah asupan rendah gula begitu juga dengan karbohidrat agar jangan melebihi kebutuhan harian.

Boleh saja makan yang manis tapi kurangi porsi dan durasi konsumsinya hingga nanti terbiasa memesan minuman kekinian tanpa gula.

Saran lainnya dari dr. Fridolin agar terhindar dari risiko penyakit diabetes adalah:

1.Lakukan olahraga atau latihan fisik secara rutin. Latihan beban sangat baik karena otot akan membakar gula dan meningkatkan kerja insulin. Selain itu, rutin berolahraga dapat menjaga berat badan tetap ideal, meningkatkan kesehatan mental, dan menjaga suasana hati juga mengurangi risiko stres.

2.Terapkan pola hidup sehat.

Walau menjalankan hidup sehat tidak mudah tapi akan terbiasa bila dilatih.

Pola hidup sehat berkaitan dengan makanan dan minuman bergizi dan seimbang yang kita konsumsi, cukup istirahat dan tidur teratur, pengelolaan stres dan berpikir positif, serta secara perlahan hentikan kebiasaan merokok, soda, dan alkohol.

3.Periksa kadar gula darah secara berkala untuk memonitor kadar gula darah sebagai upaya deteksi dini penyakit diabetes. Bagi yang kondisi tubuhnya sehat dan tidak berisiko tinggi terhadap diabetes dapat melakukan pemeriksaan gula darah setahun sekali, sedangkan yang memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, atau memiliki riwayat keluarga penderita diabetes, mengalami obesitas, serta berusia 40 tahun ke atas sebaiknya tes gula darah lebih sering sesuai petunjuk dokter.

Lebih lanjut dijelaskan, mengurangi konsumsi asupan yang manis dan menjalankan pola hidup sehat adalah bentuk proteksi dari dalam agar terhindar dari masalah kesehatan yang bisa menggerus harapan hidup.

Tubuh yang sehat akan memampukan kita beraktivitas, bersekolah dan bekerja demi mencapai kesejahteraan.

Namun, perlu juga kita pertimbangkan proteksi dari luar karena pertambahan usia tidak dapat dihindari. Artinya, kondisi tubuh kita nantinya akan semakin rentan.

Demikian juga lingkungan yang semakin buruk dapat membuat tubuh terpapar polusi dan rentan terinfeksi virus, jamur, atau bakteri.

Di kesempatan yang sama, Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan mengungkapkan, proteksi dari luar dapat dilakukan dengan berasuransi, untuk menghindari tergerusnya tabungan dan aset akibat biaya yang besar untuk pengobatan medis.

Menurut Antonius, pengobatan diabetes sudah pasti berbiaya tinggi dan harus dilakukan secara berkelanjutan.

Tanpa memiliki asuransi kesehatan maka finansial keluarga dapat terganggu dan bisa berdampak serius bagi kelangsungan hidup keluarga.

“Diabetes dapat ditanggung oleh asuransi kesehatan selama bukan kondisi bawaan lahir atau kondisi yang sudah ada sebelumnya. Mengingat risiko diabetes bisa terjadi pada siapa saja maka selagi sehat dan produktif lakukan proteksi dari dalam dengan mengubah gaya hidup dan lakukan proteksi dari luar melalui asuransi jiwa dan kesehatan,” sebut Antonius.

Ditambahkan, jika kendala berasuransi karena khawatir soal premi maka solusinya adalah asuransi online karena premi cenderung lebih murah serta prosesnya cepat, mudah, dan efisien.

“Sebagaimana Super Easy Health Protection dari Super You by Sequis Online, preminya mulai dari Rp135 ribu per bulan sudah memberikan perlindungan kesehatan menyeluruh yakni biaya rawat inap serta rawat jalan sebelum dan sesudah rawat inap sesuai tagihan (as charged) dengan sistem cashless. Tersedia manfaat rawat jalan untuk kemoterapi, radioterapi, fisioterapi, terapi okupasi, hemodialisa, dan biaya rawat jalan darurat akibat kecelakaan dengan pertanggungan hingga Rp1 Miliar,” bebernya lagi. 

Mengakhiri penjelasannya, Antonius mengajak masyarakat memperingati Hari Diabetes Nasional dengan melakukan proteksi dari dalam melalui gaya hidup sehat dan sejak dini lakukan proteksi dari luar dengan asuransi kesehatan demi menjaga kondisi finansial. 

AsuransiAsuransi KesehatandiabetesInternational Diabetes Federation (IDF)SequisSuper Easy Health ProtectionSuper You by Sequis Online
Comments (0)
Add Comment