Jakartakita.com – Kuliner bukan hanya sekedar urusan perut, tetapi juga merupakan bagian integral dari kebudayaan dan komunikasi massa.
Dalam era globalisasi dan teknologi informasi saat ini, hubungan antara kuliner dan komunikasi massa semakin erat dan berdampak signifikan dalam menyebarkan informasi, menggambarkan kebudayaan, serta menginspirasi kreativitas.
Dalam diskusi ‘Kuliner dalam Pesona Magis Komunikasi Massa’ beberapa waktu lalu, Prof. Dr. Rudy Harjanto M.Sn. mengungkapkan, bahwa kuliner adalah cerminan kaya akan identitas budaya suatu daerah.
Makanan tidak hanya memuaskan kebutuhan fisik, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah yang membentuk identitas lokal dan nasional.
Tradisi lokal, bahan-bahan lokal, dan identitas lokal memainkan peran penting dalam membentuk warisan kuliner yang unik dalam suatu masyarakat.
Setiap daerah memiliki tradisi unik yang tercermin dalam makanan tradisionalnya. Setiap hidangan memiliki cerita dan makna yang melambangkan sejarah, nilai-nilai, dan kehidupan sehari-hari suatu komunitas.
Bahan-bahan lokal menjadi elemen penting dalam kuliner tradisional.
Mereka tidak hanya memberikan rasa otentik pada makanan, tetapi juga menghubungkan masyarakat dengan lingkungan alam dan warisan pertanian mereka.
Bahan-bahan lokal seperti rempah-rempah, sayuran khas daerah, dan bahan pangan unik menjadi komponen kunci dalam membangun identitas kuliner lokal.
Juga disebutkan bahwa Kuliner tradisional menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan akar budaya mereka.
Setiap hidangan menjadi cerminan dari kreativitas dan kearifan lokal.
Misalnya, sajian makanan yang khas, seperti “Rendang” dari Indonesia, mungkin berasal dari kebutuhan masyarakat untuk mengawetkan dan mengolah daging dalam lingkungan tropis yang panas.
Di dalam hidangan tersebut, terdapat cerita tentang adaptasi, kreativitas, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat.
“Makanan adalah cerminan dari kebudayaan suatu bangsa atau daerah. Melalui makanan, kita bisa memahami sejarah, nilai-nilai, dan tradisi suatu komunitas. Makanan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok etnis dan budaya, sehingga komunikasi massa berperan dalam memupuk pemahaman lintas budaya,” kata Prof. Dr. Rudy Harjanto M.Sn. seperti dilansir dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Selasa (15/8).
Di sisi lain, identitas lokal membentuk identitas nasional yang lebih besar.
Dalam banyak kasus, makanan tradisional yang unik menjadi ciri khas suatu negara dan menjadi alat untuk memperkenalkan budaya mereka kepada dunia.
Sebagai contoh, “Sushi” dari Jepang telah menjadi ikon yang menggambarkan ketepatan dan estetika Jepang.
Dalam hal ini, kuliner tradisional mengambil peran sebagai duta budaya yang mempromosikan identitas nasional kepada masyarakat global.
Kini, di tengah arus globalisasi dan modernisasi, pelestarian kuliner tradisional sangat penting.
Banyak tradisi lokal dan bahan-bahan unik terancam punah karena perubahan gaya hidup dan preferensi makanan yang semakin mengglobal.
Masyarakat perlu menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan kuliner tradisional sebagai aset berharga yang membentuk identitas lokal dan nasional.
“Komunikasi massa juga memiliki dampak besar dalam mengangkat citra budaya dan pariwisata suatu daerah melalui makanan. Makanan tradisional menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan kebudayaan lokal. Berita, video, dan konten online lainnya mempromosikan destinasi kuliner, mendorong pertumbuhan industri pariwisata,” terang Prof. Dr Rudy Harjanto selaku Advisory Board for Rectorate LSPR Communication & Business Institute yang juga merupakan Wakil Ketua Dewan Pakar ABPPTSI (Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia).
Kuliner tradisional memiliki peran sentral dalam membentuk identitas lokal dan nasional.
Tradisi lokal, bahan-bahan lokal, dan nilai-nilai budaya tertanam dalam setiap hidangan, menciptakan jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan akar budaya mereka.
Kuliner juga berperan sebagai medium yang efektif dalam memperkenalkan budaya suatu negara kepada dunia.
“Oleh karena itu, pelestarian dan penghormatan terhadap kuliner tradisional adalah langkah penting dalam menjaga identitas lokal dan nasional yang unik dan berharga di dalam era globalisasi,” tandasnya.
Sementara itu, dalam era globalisasi ini, media memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan pesan dan informasi kepada masyarakat.
Baik media konvensional maupun media sosial, keduanya memiliki peran yang signifikan dalam membentuk persepsi dan identitas suatu bangsa.
Salah satu aspek yang semakin mendapatkan perhatian adalah promosi dan penyajian kuliner lokal.
Melalui liputan, ulasan, dan kampanye promosi, media membantu memperkenalkan kuliner lokal kepada masyarakat luas, bahkan hingga mancanegara.
Dengan demikian, kuliner menjadi bagian tak terpisahkan dari citra suatu bangsa di mata dunia.
“Platform media sosial seperti Instagram, YouTube, atau TikTok telah membuka pintu baru dalam cara kita berinteraksi dengan makanan. Foto-foto makanan yang menggoda dan video proses memasak menjadi konten yang populer. Komunikasi massa di platform ini memungkinkan makanan menjadi visual yang memikat, menginspirasi, dan bahkan menciptakan tren makanan global,” jelas Prof. Dr. Rudy.