Waspada Kode QR Palsu

Mengapa kode QR bisa berbahaya, dan bagaimana agar tidak menghabiskan US$20.000 untuk bubble tea?
foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Dewasa ini, kode QR telah jamak digunakan di sekitar kita.

Ini dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti cara cepat melakukan pengisian survei, mengunduh hal-hal bermanfaat, dan mengunjungi situs web yang diminati. Lagi pula, mengarahkan ponsel Anda ke sebuah gambar jauh lebih mudah daripada mengetikkan URL yang sangat panjang.

Namun, kenyamanan tersebut masih menyembunyikan kerentanan yang signifikan.

Dibandingkan dengan tautan reguler, jebakan penjahat siber dapat ditemukan dengan mudah.

Tanda bahayanya sudah diketahui: kesalahan ketik atau karakter tambahan di alamat situs, pengalihan terselubung, zona domain aneh, dan sebagainya.

Namun untuk kode QR, tidak ada yang bisa menebak ke mana tumpukan kotak hitam itu akan membawa Anda.

Melansir siaran pers yang dirilis Rabu (06/9), dengan menyebutkan contoh kasus yang menarik, Kaspersky menjelaskan bagaimana kotak yang tampak tidak berbahaya tersebut dapat menimbulkan ancaman, dan bagaimana agar tidak menjadi korban para penipu online.

Contoh yang dimaksud adalah kisah seorang perempuan yang kehilangan hingga US$20.000 karena memindai kode QR saat membeli bubble tea.

Bubble tea seharga 20,000-dollar

Banyak yang menjumpai promo kedai kopi seperti hanya dengan mengisi survei maka pelanggan akan mendapatkan minuman gratis atau diskon pembelian.

Hal ini sering kali mengharuskan Anda memindai kode QR di konter — tindakan yang familier dan hampir rutin.

Apa yang mungkin salah?

Hal itulah yang juga dipikirkan oleh seorang warga Singapura berusia 60 tahun. Untuk mendapatkan secangkir bubble tea gratis, dia memindai stiker kode QR di kaca pintu kedai kopi.

Ternyata kemudian, stiker tersebut telah dieksploitasi.

Kode penipuan tersebut berisi tautan untuk mengunduh aplikasi Android pihak ketiga, yang menurutnya dapat digunakan untuk mengikuti survei.

Namun, nyatanya itu merupakan aplikasi berbahaya.

Setelah diinstal, program meminta akses ke kamera dan mikrofon, dan untuk mengaktifkan layanan aksesibilitas Android.

Layanan Android bawaan ini memungkinkan penjahat siber untuk melihat dan mengontrol layar korban, serta menonaktifkan pengenalan wajah dan sidik jari — dengan cara ini penyerang dapat memaksa korban untuk mengetikkan kata sandi aplikasi perbankan mereka secara manual, jika diperlukan.

Para penipu hanya perlu menunggu korban masuk, mencegat kredensialnya, dan kemudian menggunakannya untuk mentransfer seluruh uang ke rekening mereka.

Lantas, bagaimana agar tidak menjadi korban dari penyalahgunaan kode QR palsu?

Berikut ini, Kaspersky merekomendasikan pengguna untuk memperhatikan:

1.Periksa dengan cermat alamat situs yang tertaut di dalam kode QR, dan cari tanda bahaya yang umum.

2.Pastikan konten yang diharapkan dan aktual sesuai. Misalnya, jika kode tersebut seharusnya mengarah ke survei, secara logis harus ada semacam formulir dengan pilihan jawaban. Jika tidak, segera tutup situs tersebut. Namun meskipun halaman tersebut tidak menimbulkan kecurigaan, Anda tetap harus berhati-hati — halaman tersebut mungkin palsu berkualitas tinggi (lihat poin pertama, dan baca postingan Kaspersky tentang cara mengenali situs palsu).

3.Jangan mengunduh aplikasi melalui kode QR. Biasanya, aplikasi yang bonafide selalu dapat ditemukan di Google Play, App Store, atau platform resmi lainnya. Aplikasi dari sumber pihak ketiga tidak boleh dipasang dalam hal apa pun.

4.Lindungi perangkat Anda dengan solusi keamanan yang andal. Pemindai QR internal memungkinkan Anda memeriksa tautan yang terkubur di labirin kotak. Selain itu, solusi Kaspersky akan memblokir upaya mengunjungi situs berbahaya dan melindungi Anda dari banyaknya ancaman lain di dunia maya.

Kasperskykode QRpenipu onlinepenjahat siberQR codeURL
Comments (0)
Add Comment