Tingkat Kelaparan Indonesia Tertinggi Kedua di Asia Tenggara, Begini Cara Bank DBS Indonesia Dukung Ketahanan Pangan

foto : dok. Bank DBS Indonesia

Jakartakita.com – Data dari Global Food Security Index (GFSI) tahun 2022 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 113 negara mengenai ketahanan pangan.

Indeks ini mengukur ketahanan pangan berdasarkan keterjangkauan harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi dan keamanan makanan, serta ketahanan sumber daya alam.

Selain itu, Global Hunger Index (GHI) tahun 2023 mencatatkan tingkat kelaparan Indonesia yang menempati posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara, yaitu di angka 17,6 dan masuk kategori kelaparan “sedang”.

Angka ini membaik dibandingkan periode 2000-2015 di mana tingkat kelaparan di Indonesia tergolong “serius”, dengan skor GHI di atas 20.

Walaupun angka kelaparan di Indonesia sudah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, tentunya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan upaya yang perlu dilakukan secara kolektif demi mencapai ketahanan pangan yang optimal. 

Menyadari kondisi tersebut, Bank DBS Indonesia selama beberapa tahun terakhir secara konsisten berkontribusi untuk mengembangkan ketahanan pangan, salah satunya melalui program People of Purpose (PoP) yang merupakan kegiatan sukarelawan oleh karyawannya.

Program PoP tidak hanya membantu mengurangi jumlah makanan terbuang sia-sia, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

Berikut ini beberapa kegiatan yang dilakukan Bank DBS Indonesia untuk memerangi kelaparan dan membangun ketahanan pangan. Siapa tahu, kamu jadi lebih bersemangat dan terinspirasi untuk menerapkan beberapa langkah berikut untuk mengurangi sampah sisa makanan dan melestarikan lingkungan! 

1.Donasikan makanan untuk yang membutuhkan

Data empirik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sampah makanan pada bulan Ramadan umumnya meningkat sebanyak 10-20 persen. Hal ini dipicu oleh banyaknya konsumsi makanan saat buka puasa dan sahur. Guna menyikapi hal ini, Bank DBS Indonesia menggandeng FoodCycle Indonesia dalam mengadakan kegiatan Ramadhan Food Donation, di mana sisa makanan yang masih layak konsumsi diolah kembali dan didistribusikan kepada komunitas yang membutuhkan. Sebagai hasilnya, kegiatan Ramadhan Food Donation diikuti oleh 775 karyawan Bank DBS Indonesia dan berhasil mengumpulkan 700 paket makanan yang disalurkan yang disalurkan ke 700 penerima manfaat di enam yayasan atau panti asuhan di kawasan Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan selama bulan Ramadan dan setelah Idul Fitri 1445H. Kegiatan Ramadhan Food Donation juga berhasil menyelamatkan 750 kg food impact (makanan yang diselamatkan dan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir/TPA). 

Selanjutnya, Ramadhan Food Drive merupakan program kunjungan ke yayasan setempat yang membutuhkan paket makanan, dengan melibatkan Surplus Foundation dan FoodCycle Indonesia. Kerja sama dengan Surplus Foundation dalam mengelola stok makanan berlebih dari toko makanan berhasil membantu 400 penerima manfaat di Kampung Pemulung, Cilincing dan Panti Al-Andalas, Jakarta Selatan untuk mendapatkan makanan layak dan berhasil menyelamatkan 385,5 kg food impact. 

2.Sortir kembali makanan kemasan yang masih layak konsumsi

Siapa di antara kamu yang ketika membeli makanan kemasan masih merasa waswas bila tanggal expired-nya sudah dekat dan akhirnya tidak jadi membeli? Nah, sebenarnya pola pikir seperti ini perlu diubah karena seringkali, pada kenyataannya, makanan tersebut masih layak dikonsumsi, lho! Kamu hanya perlu merencanakan jadwal makan dengan baik agar habis bersamaan dengan tanggal kedaluwarsa. 

Bank DBS Indonesia pun mengambil langkah proaktif untuk memerangi permasalahan tersebut dengan menginisiasi program Bread Sorting di mana roti kemasan tersebut dipilah berdasarkan yang masih layak konsumsi serta yang sudah masuk masa kedaluwarsa. Kegiatan ini berhasil menyelamatkan 1.221 kg roti yang disalurkan ke empat yayasan yang bekerja sama dengan FoodCycle Indonesia.

3.Kelola minyak jelantah untuk selamatkan lingkungan

Pada tahun 2020, ada lebih dari 525.000 liter minyak jelantah terbuang setiap bulannya di Jakarta berdasarkan temuan oleh Beli Jelantah. Angka yang besar dan mengerikan, mengingat efek yang ditimbulkan dari pembuangan minyak jelantah terhadap lingkungan cukup serius. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan akan diserap tanah lalu menyumbatnya. Hal ini menyebabkan tanah menjadi keras dan tingkat kesuburannya berkurang. Ini juga berpengaruh terhadap kualitas air tanah di dalamnya.

Bank DBS Indonesia juga mengajak karyawannya untuk berkontribusi mendonasikan minyak jelantah di rumah kepada Beli Jelantah dan Duitin. Minyak jelantah ini akan diserahkan kepada perusahaan biodiesel tersertifikasi untuk selanjutnya diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Menariknya, daur ulang minyak jelantah bukan hanya membantu mengurangi limbah dan pencemaran, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat, terutama di pedesaan, lho! Sejak awal kemitraannya pada tahun 2023, Bank DBS Indonesia bersama Beli Jelantah dan Duitin berhasil mengolah 457 kg minyak jelantah untuk didaur ulang menjadi biodiesel.

4.Menanam benih dan mengelola sisa makanan

Beberapa program sebelumnya berfokus pada upaya untuk mengolah kembali sisa makanan. Sebenarnya, membangun ketahanan pangan juga dimulai dari akarnya untuk memenuhi ketersediaan pasokan dan memastikan kualitas nutrisi dan keamanan makanan. 

Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan adalah menanam benih. Bank DBS Indonesia melalui program PoP mengadakan aktivitas Gardening Seed Starting yang berkolaborasi dengan Kebun Kumara. Melalui program ini, karyawan tidak hanya menanam benih caisim dan mint, tetapi juga akan belajar untuk mengelola sampah sisa makanan menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman. Dengan mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia yang berpotensi merusak tanah dan air tanah, program ini berkontribusi positif bagi lingkungan.

“Bank DBS Indonesia percaya bahwa kolaborasi, sinergi, dan aksi nyata menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, kami mengajak karyawan untuk turut ambil andil melalui kegiatan People of Purpose (PoP) serta bekerja sama dengan berbagai mitra seperti FoodCycle Indonesia, Beli Jelantah, Duitin, dan Kebun Kumara. Ke depannya, kami ingin dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk memulai gaya hidup yang berkelanjutan (sustainable lifestyle) dan berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan,” beber Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika dalam keterangan pers, Kamis (18/4).

Selain beragam kegiatan di atas, Bank DBS Indonesia meluncurkan kampanye Food Rescue Warrior pada Maret lalu.

Kampanye ini berfokus pada kolaborasi dengan para pelaku industri hotel, restoran, dan kafe (horeca) untuk mengatasi permasalahan surplus makanan yang menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah di Indonesia.

Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan Jangjo, FoodCycle Indonesia, serta 75 tenant terkemuka, seperti; SCBD Park, Hotel Harris fX Sudirman, dan Kopi Kenangan untuk menyukseskan kampanye ini. 

Food Rescue Warrior diharapkan dapat memberikan manfaat bagi 130.000 penerima manfaat, menyajikan 3.128.571 hidangan untuk masyarakat yang membutuhkan, serta mengurangi sebanyak 1.916.250 kg sampah makanan.

“Seluruh upaya ini merupakan bukti nyata komitmen Bank DBS Indonesia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, sejalan dengan pilar keberlanjutannya yang ketiga, yakni Impact Beyond Banking. Ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Bank DBS Indonesia untuk menjadi Best Bank for a Better World,” tandas Mona Monika.

bank dbs indonesiafood estateFood Rescue WarriorGlobal Food Security Index (GFSI)Global Hunger Index (GHI)kelaparankemiskinanketahanan panganPeople of Purpose (PoP)PT Bank DBS Indonesia
Comments (0)
Add Comment