Tami Irelly Jadi Pembuktian Langkah di Film Amulet Sebagai Pemeran Utama

Jakartakita.com – Artis Tami Irelly bersinar di jagat hiburan tanah air. Perempuan kelahiran Palembang ini tak hanya dikenal karena kemampuannya di bidang akting, karena juga kepiawaiannya dalam dunia Lawyer.

Blasteran Arab – Palembang ini perlahan membuka jalan untuk tampil secara reguler dalam program sinetron stripping. Perjalanan panjang dan konsistensinya dalam dunia hiburan berbuah manis. Tahun lalu, ia memulai debut film layar lebar berjudul Sumur Jiwo 1977, Lingsir Wengi dan lain-lain. Kini kembali hadir ke layar lebar bergenre Thriller-Misteri.

Kepada Jakartakita.com saat ditemui di Raya Tajur, siang, Sabtu (10/5) Tami Irelly mengaku di film ini menjadi pengalaman baru baginya awalnya ingin berperan antagonis atau action seksi, tapi setelah mikir dan membaca skenario, tertarik berperan seorang kelainan mental.

Foto: Jakartakita.com/Edi Triyono

Ini memang pengalaman baru, karena karakter yang diperankan itu beda dari film-film sebelumnya yang menjadi seorang anak manja, anak bos dan peran-peran baik lainnya.

Proses syuting diambil di sejumlah lokasi daerah puncak dan Raya Tajur, Bogor. “Kalau menghayati peran sudah oke, pada saat pengambilan gambar, untuk satu adegan bisa berulang-ulang nah disitu saya senang memahami peran yang sesungguhnya menjadi seorang ganguan mental.

Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan dari Allah SWT. Tahun ini di kasih lagi kesempatan main film. Kalau tahun lalu peranku sebagai debutan tidak banyak scenenya. Alhamdulillah di film terbaruku malah kebagian main character,” ucap Tami Irelly.

Film terbaru yang dimaksud adalah Amulet, sebuah film bergenre thriller-misteri dengan sentuhan suspense yang digarap oleh rumah produksi Dynamic Story Pictures. Dalam film ini, Tami memerankan karakter yang tak biasa, yang menurutnya menjadi tantangan tersendiri dalam kariernya.

“Aku berperan sebagai Jessy perempuan yang sangat terobsesi banyak hal. Di film berjudul Amulet ini, justru aku memerankan karakter yang lumayan tantangan. Karena aku jadi perempuan yang punya kelainan mental! Tapi tokohku disini adalah kunci plotnya sendiri. Filmnya sangat twist dan penuh kejutan saat aku baca naskahnya,” jelas Tami.

Saat ditanya soal kekhawatiran mendalami karakter yang begitu kompleks bisa mempengaruhi kepribadiannya di kehidupan nyata,” jelasnya

Film Amulet ini saya memberanikan diri sebagai peran punya kelainan mental, ada pengalaman pas istirahat saya tidur terasa badan berat, kayak ada yang menindih ku sehingga nga bisa bergerak, memang ada sedikit something memang kayak berperan sebagai Jessy selalu marah tiba-tiba dan membanting benda di depannya,
pernah kejadian mau tidur di kamar saya matiin lampu, tiba-tiba ngerasa kayak ada yang ngeliat aku dan kaget sendiri lampu nyala langsung aja buru buru kabur, pas mandi lihat bayangan tinggi besar waktu aku kayak bengong tiba-tiba ada orang besar hitam di atas, ini sebuah pengalaman yang tidak terlupakan,” tambah Tami.

Film “Amulet” ini menceritakan empat orang cewek cantik dengan kepribadian yang beda-beda dan berteman baik. Masing-masing mereka ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Traumanya tak sama dan akhirnya bikin mereka mengalami gangguan mental yang juga berbeda satu sama lain.

Dimulai dengan Fatma, karakter yang diperankan oleh Angie Williams. Dia mengidap PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau biasa dikenal sebagai Gangguan Stres Pasca-Trauma. “Fatma ini mengalami trauma akibat di masa lalu sering mengalami kekerasan dari ayahnya.”

Bagi Angie karakter Fatma ini keluar dari zona nyamannya dan membuatnya berusaha ekstra. “Buat memerankan film ini saya melakukan riset. Nonton dan baca buku terkait PTSD ini,” ungkapnya antusias.

Kemudian ada Jessie, karakter yang dibawakan oleh Tami Irelly. Jessie merupakan karakter kunci yang mengidap gejala kelainan mental. “Tepatnya mengidap schizophrenia,” tukasnya antusias.

Kami berharap teman-teman yang punya masalah bagaimana menyikapi suatu permasalahan dalam hidup atau trauma masa lalu, makanya pergi ke psikiater untuk mencurahkan atau menceritakan trauma masa lalu, kalau aku sih seorang muslim lebih mempertebal iman dan juga berdoa minta perlindungan dari Allah SWT atau berteman dengan orang-orang yang berilmu misalnya ustaz, kyai, habaid atau yang lebih paham soal agama, permasalahan spiritual aku lebih suka ke Majelis dibandingin aku ke psikiater. Kalau kita belajar agama pasti diberikan suatu amalan untuk penenang jiwa,” tutup Tami.

Comments (0)
Add Comment