Kesenian Betawi
Jakartakita.Com : Sejak abad ke 5, tanah Jakarta, khususnya kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, telah menjadi kawasan internasional. Saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa sudah terjadi interaksi antar etnik maupun bangsa. Makanya tidak mengherankan bila keragaman budaya Betawi tidak bisa lepas dari pengaruh budaya lain.
Sejumlah kesenian yang dikenal sebagai kesenian asli Betawi, sebenarnya merupakan saksi betapa sejak beratus-ratus tahun lalu di tanah Betawi telah terjadi akulturasi budaya dengan berbagai suku bangsa. Apa sajakah kesenian itu? Nyok, kite simak!
Ondel-ondel
Sekilas ondel-ondel mirip dengan ogoh-ogoh dari Bali. Ondel-ondel dipengaruhi oleh budaya Hindu. Seperti kita ketahui bersama dahulu tanah Betawi pernah dikuasai oleh kerajaan Hindu Tarumanegara. Pada saat itu pertanian mulai dikenal di tanah Betawi. Ondel-ondel diarak saat panen raya untuk menghormati Dewi Sri.
Sedangkan lambat laun filosofi ondel-ondel mulai bergeser. Boneka besar setinggi sekitar 2 meter tersebut dipercaya sebagai simbol nenek moyang yang menjaga anak-cucunya yang masih hidup. Makanya ondel-ondel biasanya sengaja ‘ditanggap’ untuk memeriahkan hajatan besar Betawi. Maksudnya untuk mengusir segala roh jahat yang akan mengganggu jalannya acara.
Gambang Kromong
Sejarah musik ini awalnya dipengaruhi beberapa unsur musik Cina, yaitu dengan digunakannya alat musik gesek berupa kongahyan, tehyan, dan skong. Sementara alat musik asli pribumi dalam gambang kromong berupa gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Cina yang bernama Nie Hu-kong. Biasanya permainan musik ini dikolaborasikan dengan tarian cokek.
Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang di Batavia pada abad ke 14 hingga 16. Tanjidor sendiri berasal dari bahasa Portugis ‘tanger’ yang artinya bermain musik. Hanya saja lidah Betawi melafalkannya tanjidor.
Pada zaman penjajahan Belanda, tanjidor biasa dimainkan oleh para budak untuk menghibur tuan kompeni dan para tamu. Sampai sekarang tanjidor masih dimainkan untuk memeriahkan pesta hajatan orang Betawi.
Keroncong Tugu
Sejak abad ke-18 keroncong Tugu popular di kalangan warga Tugu. Warga Tugu adalah masyarakat Jakarta keturunan Mardijkers atau bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan dari tawanan Belanda. Setelah memeluk agama Kristen, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Sisa peninggalan gereja tua yang dibangun pada tahun 1600-an menjadi saksi cikal bakal keturunan Portugis di Tugu.
Keroncong Tugu biasa dimainkan oleh warga terutama muda-mudi saat ‘kongkow’ untuk menikmati malam bulan purnama di tepian Sungai Ciliwung. Keroncong Tugu juga dibawakan untuk mengiringi kebaktian di gereja. Alat-alat musik yang digunakan adalah keroncong, biola, ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
Orkes Gambus
Irama musik gambus tidak bisa dipisahkan dari unsur budaya Timur Tengah. Sudah lama orkes gambus menjadi bagian dari kesenian Betawi yang tumbuh subur di kalangan Betawi keturunan Arab. Biasanya musik gambus dimainkan untuk mengirimi para penari zapin.
Rebana
Musik rebana adalah musik khas Betawi yang bernafaskan Islam. Musik ini dipeengaruhi oleh budaya Timur Tengah. Sama seperti tanjidor, musik ini biasanya untuk memeriahkan pesta atau arak-arakan pengantin. Beberapa jenis musik rebana yang kita kenal, misalnya rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana dor juga rebana biang.
Orkes Samrah
Orkes samrah merupakan salah satu bentuk kesenian hasil akulturasi dengan bangsa Melayu. Lagu-lagu yang biasa dibawakan dalam orkes samrah adalah lagu-lagu Betawi tempoe doeloe seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, juga lagu Cik Minah. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain.
Orkes samrah biasa mengiringi tari samrah. Tari samrah biasa dilakukan oleh pasangan muda-mudi. Gerakannya pun merupakan perpaduan antara silat Betawi dan gerakan tari khas Betawi lainnya.
Tari Topeng
Tari topeng yang memadukan seni musik, tari dan teater ini mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Sunda. Para penarinya menggunakan topeng mirip topeng Banjet (Karawang), hanya saja pada tari topeng Betawi menggunakan bahasa Betawi.
Wayang Betawi
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang yaitu wayang kulit dan wayang golek. Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Betawi dengan budaya Jawa dan Sunda. Namun pengaruh Sunda terasa lebih kental, dengan penggunaan bahasa Betawi medok campur Sunda dalam pertunjukan wayang Betawi. Untuk Perangkat Lunak Klik Networkhub
Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang Betawi ini adalah gamelan yang mirip gamelan Sunda, dan tehyang (alat musik khas Betawi).
Lenong Betawi
Teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an ini mendapatkan pengaruh kebudayaan Melayu. Ada dua jenis cerita dalam lenong yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan. Lenong Denes biasanya menggunakan bahasa Melayu, sedangkan Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi medok.
(Risma/berbagai sumber)