Sejarah Kue Keranjang
Jakartakita.Com : Bagi warga keturunan Tionghoa, rasanya tak lengkap Imlek tanpa kehadiran kue keranjang atau yang dalam bahasa Mandarin dikenal dengan nama Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee (甜棵). Penganan berbahan baku beras ketan dan dicetak dalam keranjang kecil ini menjadi hidangan wajib dalam setiap perayaan Imlek yang merupakan perlambang bagi kemakmuran.
Ada banyak versi yang mengisahkan tentang asal-usul mengapa kue keranjang wajib dalam setiap perayaan Imlek dan Cap Gomeh. Salah satunya adalah kisah yang berikut:
Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri bernama Tuan dan Nyonya Po. Mereka berdua hidup dalam kecukupan. Konon sebelum Tuan Po menikah dengan Nyonya Po si wanita pembawa keberuntungan, Tuan Po hidup miskin.
Nyonya Po memiliki adalah wanita berhati mulia. Dimana pun berada, Nyonya Po tidak segan-segan untuk menolong sesama atau sekadar berderma untuk orang yang tidak beruntung. Karena kebiasaannya yang suka berderma inilah maka Nyonya Po dilimpahi berkah oleh para dewa. Sedangkan Tuan Po ini memiliki hati busuk. Dia bahkan tidak percaya kalau kekayaan yang dia dapat sekarang adalah karena keberuntungan yang dibawa oleh sang istri.
Suatu hari timbulah niat busuk Tuan Po untuk menyingkirkan sang istri. Nyonya Po diusir secara tidak hormat oleeh Tuan PO. Nyonya Po pun pergi, hingga dia menemukan sebuah gubuk reot yang dihuni oleh seorang nenek renta yang sedang sakit keras. Didorong oleh rasa kasihan, Nyonya Po pun merawat sang nenek hingga sembuh. Setelah sembuh Nyonya Po pun menikah dengan cucu lelaki sang nenek.
Setelah menikah, lambat laun kehidupan mereka pun berubah. Dasar si Nyonya Po si perempuan pembawa keberuntungan. Nyonya Po membawa keberuntungan buat si suami baru dan nenek renta itu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka menjadi tuan tanah dengan harta berlimpah.
Suatu kali daratan Cina didera musim paceklik yang berkepanjangan. Hampir semua sawah dan ladang gagal panen. Hanya sawah milik Nyonya Po dan suami barunya yang tetap menghasilkan. Nyonya Po yang baik, memberikan santunan kepada seluruh warga yang membutuhkan dengan membagi-bagikan gandum dan beras. Semua orang berbondong-bondong untuk mengantri gandum dan beras gratis dari Nyonya Po yang dermawan, termasuk mantan suami Nyonya Po yang saat itu telah menjadi miskin sepeninggal Nyonya Po.
Singkat cerita Nyonya Po mengetahui bahwa mantan suaminya ada di barisan antrian. Nyonya Po yang iba melihat mantan suaminya pingsan karena saking laparnya, meminta asistennya untuk membawa si mantan suami ke dapur. Beraneka jamuan makan telah disiapkan. Nyonya Po tidak ingin menemui si mantan suami karena dia sudah bersuami, makanya Nyonya Po sengaja memasukan cincin kawinnya yang dahulu ke dalam piring nasi yang terhidang. Maksudnya agar mantan suaminya tahu.
Setelah sadar si mantan suami langsung melahap hidangan yang disajikan khusus untuknya di dapur. Setelah kenyang dia mendapati cincin kawinnya dahulu dengan Nyonya Po. Tahulah dia bahwa si empunya rumah yang memberinya makan itu adalah Nyonya Po mantan istrinya yang dulu pernah diusirnya. Tuan Po merasa bersalah, malu sekaligus sedih. Saking malunya dia memilih bunuh diri di dapur itu. Sejak saat itu orang-orang percaya bahwa jiwanya menghantui dapur Nyonya Po dan dapur-dapur lain di dunia.
Jiwa Tuan Po yang sudah menyesal itu disembah sebagai Dewa Tungku atau Dewa Dapur (Cuo Sen) yang diutus oleh Raja Langit untuk menyelidiki perilaku manusia di bumi melalui dapurnya. Menurut kepercayaan Dewa Tungku melapor ke langit tepat seminggu sebelum Imlek hingga Cap Gomeh.
Konon menurut legenda kue keranjang yang legit dan manis ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyuap Dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Langit (玉皇大帝,Yu Huang Da Di). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Demikianlah Sobat Jakarta, sekilas legenda tentang asal muasal Kue Keranjang. Terlepas dari sejarah berbau klenik dan filosofi yang terkandung dalam kue keranjang. Kue keranjang adalah salah satu kuliner khas Imlek yang patut diapresiasi. (Risma)