Mengadu Nasib Lewat Calung Banyumasan
Jakartakita.com : Menelusuri sepanjang jalan di sekitar Blok m merupakan aktivitas kebanyakan orang yang hendak pulang menuju berbagai kota melalui terminal Blok m. begitupun saya yang hendak menuju terminal tepat pukul 4 sore menuju petang. Tak sengaja pandangan menuju pada segerombolan orang yang memainkan alat musik tradisional. sepintas mereka sangat terlihat profesional dan tampil dengan maksimal. Dengan sengaja saya menghampiri mereka untuk mengetahui sekilas tentang perjalana musik jalanan yang sedang di tampilkan.
adalah sebuah alat musik yang disebut “Calung Banyumas”. Mereka terdiri dari 5 orang. Dua orang sebagai sinden dan sisanya yang memainkan alat musik. gerombolan seniman jalanan ini berasal dari daerah Cipete, Jakarta Selatan. personilnya terdiri dari Ibu Tini (50) dan Mba Sri (37) sebagai Vokalis (sinden), Tarjo (23), Joko ( 33), dan Eko (28) mereka ini yang memainkan alat musiknya.
Calung itu sendiri adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta -Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.
Menurut penuturan dari Ibu Tini (50tahun) dan saudaranya mba Sri (37tahun). Mereka bekerja mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 00.00malam. Rute yang mereka lewati diantaranya adalah dari rumah mereka yang berada di daerah Cipete hingga sekitar kampung rambutan. Mereka tersebut manggunakan kostum yang di buat sendiri dan juga menggunakan biaya sendiri. Biaya yang mereka keluarkan untuk satu kostum saja sekitar 200rb – an. dan biaya tersebut tidak cukup di bandingkan dengan pendapatan mereka yang sehari saja mencapai Rp 30.000 – Rp 50.000 paling banyak.
Coba saja di bayangkan apakah cukup dengan penghasilan mereka yang segitu untuk membiayai kebutuhan sehari – harinya yang mungkin saja kurang?? tentu saja tidak.Tapi mereka juga menerima panggilan apabila ada panggilan ke acara – acara kawinan ataupun sunatan.
Dan ternyata mereka ini pernah menjadi salah satu model video klipnya D’massiv yang Jangan Menyerah. “Saya sangat bersyukur sekali pas ditawarin untuk menjadi model video klip tersebut “, tutur Ibu Tini.
Bagi Sobat Jakarta yang penasaran bagaimana penampilan Ibu Tini di video klip itu. Berikut adalah video klip ‘Jangan Menyerah’ D’Massiv (Arinda Mardiana)
Video Klip ‘Jangan Menyerah’ D’Massiv
[youtube mTp-OxfkCao]