Latar Belakang Cagub Pengaruhi Strategi Komunikasi Publiknya.
Jakartakita.Com: Riset terbaru monitoring media yang dilakukan Indonesia Media Monitoring Centre (IMMC) terhadap pemberitaan Pemilukada Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) menunjukkan bahwa keenam pasangan calon gubernur memiliki concern isu khusus. Demikian disampaikan Muhammad Farid, Direktur Riset IMMC di Jakarta.
Farid menjelaskan, hasil riset IMMC menunjukkan bahwa dalam satu bulan terakhir, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli concern berbicara tentang tiga isu besar: banjir (69%), jalan-transportasi (55%) dan ekonomi (25%). Sementara pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono berkonsentrasi di isu kesehatan (26%), pendidikan (25%) dan ekonomi (22%).
Isu yang concern diusung pasangan Hidayat Nurwahid-Didik Rachbini adalah kesehatan (17%), ekonomi (20%) dan lingkungan (18%). Pasangan Joko Widodo-Basuki T. Purnama sangat banyak berbicara soal kesehatan (20%). Sementara itu, pasangan Hendardji- Ahmad Satria concern berbicara tentang isu kesehatan (17%), ekonomi (11%) dan lingkungan (18%). Dan Faisal Basri-Biem Benjamin fokus pada isu pendidikan (29%) dan ekonomi (17%).
“Terlihat adanya pergeseran konsentrasi tema public speaking masing-masing calon. Secara umum, ada dua strategi komunikasi publik dan media massa yang bisa dipilih. Pertama, fokus pada isu tertentu secara konsisten, sehingga ‘brandingnya’ melekat di memori calon pemilih. Atau yang kedua, memperhatikan fluktuasi isu publik yang sedang marak. Ketika sebuah isu banyak dibicarakan pasangan yang lain, pasangan yang menggunakan strategi ini cenderung memilih untuk ‘diam’ dan berbicara isu yang berbeda. Pasangan ini akan berbicara isu tersebut, justru ketika pasangan lain sudah beralih pada isu yang lain. Jadi, fluktuasi isu di ‘pasar’ media publik dibaca dengan cermat, untuk menghindari ‘tubrukan’ komunikasi publik,” jelas Farid.
Menurut Farid, strategi nomor dua itulah yang digunakan oleh pasangan Foke-Nara. Pasangan ini berbicara tiga isu sensitif, banjir, transportasi dan ekonomi, justru di saat pasangan yang lain mengalihkan konsentrasinya pada isu yang lain. Menurut Farid, riset IMMC sebelumnya, menunjukkan bahwa tiga isu tersebut menjadi sorotan utama banyak pasangan calon, sebagai kritik mereka terhadap incumbent.
Farid melanjutkan bahwa pasangan yang lainnya cenderung menggunakan strategi komunikasi publik dan media massa jenis kedua. Tiga isu utama yang menjadi fokus pasangan Alex-Nono, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, konsisten dengan karakteristik yang mereka bangun sejak lama. Alex dikenal sebagai gubernur yang menspesialisasikan dirinya pada ketiga program tersebut. Jokowi-Ahok juga dikenal dengan spesialisasinya di program kesehatan.
Demikian juga dengan Hidayat-Didik yang dikenal sebagai perpaduan figur pemimpin dan ekonom, fokus di isu ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Konsentrasi isu yang diusung pasangan Hendardji- Satria, yaitu kesehatan dan lingkungan, juga konsisten. Demikian juga dengan Faisal Basri-Biem yang fokus di isu pendidikan dan ekonomi, karena itu mewakili spesialisasi pasangan ini.
Tapi Farid mengingatkan bahwa yang paling substansial dari komunikasi publik tersebut bukan hanya “sampul” isunya saja, namun juga “isinya”. Calon pemilih akan melihat program dan langkah nyata apa yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan. Menurut Farid, jika pasangan mampu menciptakan “imajinasi publik” tentang apa yang akan mereka lakukan jika terpilih sebagai Gubernur DKI. Maka peluang untuk dipilih semakin tinggi. Sebaliknya, semakin abstrak dan retoris sebuah komunikasi publik, maka semakin tidak jelas pula basis dukungan riilnya.
Sementara untuk tingkat popularitas pemberitaan, menurut Farid, riset IMMC masih menunjukkan pasangan Foke-Nara masih tertinggi dengan 22,8% pemberitaan. Kemudian disusul Alex Noerdin-Nono Sampono 20,6%, dan Hidayat Nurwahid-Didik Rachbini 17,8%. Setelah ketiganya, secara berurutan Joko Widodo- Basuki T. Purnama 15,2%, Hendardji- Ahmad Satria 12,5%, Faisal Basri-Biem Benyamin 11,1%. Jumlah ini diklasifikasikan dari total 405 pemberitaan yang tersebar di tujuh media cetak nasional.
Farid mengatakan bahwa dalam tiga monitoring yang dilakukan sebelumnya, format peringkat ini tidak berubah. Foke selalu tertinggi, namun selisih persentase keenam pasangan tidak terlalu besar. Selain itu, ada beberapa calon yang dominan di satu media tertentu, mengalahkan dominasi Foke. Ini menunjukkan bahwa dinamika pemberitaan calon gubernur DKI cukup kompetitif dan progresif.
“Puncaknya akan kita lihat pada masa kampanye nanti. Penetrasi pasangan calon terhadap media massa dan memori publik akan menyentuh grafik tertinggi. Kami akan terus memonitor hal ini,” pungkas Farid.
IMCC Jakarta
-Rio Yotto