Take a fresh look at your lifestyle.

Peran Sosial Media Di Pilgub DKI Semakin Penting

0 8,451

Tiket Pesawat Murah Airy

Jakartakita.Com: Pemilukada DKI putaran kedua semakin menunjukkan besarnya peranan sosial media sebagai alat kampanye politik dan penggalangan isu. Hasil riset media yang dilakukan Indonesia Media Monitoring Center (IMMC) menunjukkan fenomena tersebut. Sosial media semakin efektif dimanfaatkan sebagai ruang untuk memperkenalkan program politik, branding figur, dan sosialisasi.

Secara umum, baik pasangan Foke-Nara maupun Jokowi-Ahok, sudah sama-sama memiliki sense of social media. Kedua pasangan tersebut mengintensifkan gerakannya di ranah maya itu. Namun dalam persentase, riset IMMC menunjukkan bahwa persentase pemanfaatan sosial media oleh Jokowi-Ahok lebih tinggi dari pasangan Foke-Nara.

Kampanye pasangan Jokowi-Ahok di sosial media mencapai 76%, mengungguli pasangan Foke-Nara yang 24%. Salah satu fokus Jokowi adalah pembuatan game-game di sosial media. Dalam permainan maya itu disisipkan media sosialisasi program dan pengenalan figur.

Muhammad Farid, Direktur Riset IMMC, dalam rilisnya, mengatakan bahwa pemanfaatan sosial media sebagai media politik ini akan semakin intensif dalam perpolitikan Indonesia kedepan. Puncaknya adalah pada Pemilu 2014.

“Kandidat dan parpol sangat diuntungkan dengan adanya medium sosial media ini. Perangkat lunak ini mewakili sebuah segmen pemilih tersendiri. Yaitu kalangan terdidik perkotaan dan konsumen layanan perangkat tekhnologi-informasi. Dengan adanya sosial media, kandidat tidak harus ‘turun gunung’ terjun ke lapangan. Cukup ‘mengudara’ di dunia maya. Selain mendapatkan efisiensi waktu, efektifitas tempat, sosial media juga menyediakan ruang ekspresi yang seluas-luasnya. Sehingga kandidat bisa secara leluasa bisa menangkap respon, aspirasi dan kesan-kesan yang muncul dari calon pemilih,” jelas Farid.

Di sisi lain, menurut Farid, sosial media juga memainkan dua peran lainnya dalam ajang Pemilukada DKI kali ini. Pertama, sebagai salah satu sumber dan referensi pemberitaan alternatif. Jika sebelumnya media terpaku pada kondisi dan aktor lapangan. Kini mereka bisa menggunakan “lapangan maya dan aktor-aktor politik” didalamnya sebagai alternatif sumber pemberitaan.

Related Posts
1 daripada 5,023

“Riset IMMC menunjukkan bahwa ada banyak sekali sumber pemberitaan yang awalnya merupakan kabar yang beredar di sosial media. Selain itu, statement-statement yang diungkapkan aktor politik melalui status Twitter dan Facebooknya, mulai digunakan oleh awak media sebagai sumber resmi pemberitaan. Jadi, sosial media semakin meluaskan cakupan sumber pemberitaan,” jelas Farid.

Peran yang kedua dari sosial media, menurut Farid, adalah kemampuannya untuk mengangkat sebuah polemik menjadi isu nasional. Pada ajang Pemilukada DKI Putaran Kedua ini, ada beberapa isu yang awalnya hanya menjadi perbincangan di level sosial media. Tapi perlahan-lahan semakin heboh dan dipolemikkan oleh berbagai pihak. Puncaknya, kehebohan itu ditangkap oleh media cetak dan bahkan elektronik, sebagai salah satu sumber pemberitaan.

“Ini menunjukkan bahwa sosial media memiliki power tersendiri. Ditambah lagi dengan maraknya fenomena akun-akun anonim yang dalam batas tertentu, justru bisa mengarahkan arah isu yang berkembang di media cetak. Akun-akun anomim ini menjadi fenomena tersendiri dalam perpolitikan kita saat ini. Termasuk Pemilukada DKI 2012,” imbuh Farid.

Namun demikian, Farid menegaskan bahwa pemanfaatan power sosial media harus dilakukan secara sistematis, terintegrasi dan fokus. Tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Sosial media, bagaimanapun memiliki alur logikanya sendiri. Ini yang menurut Farid, harus dipahami oleh tim yang bekerja untuk kandidat tertentu di ranah sosial media.

Untuk bisa mengoptimalkan manfaat sosial media, kata Farid, seorang kandidat harus memiliki tim khusus yang solid, yang memfokuskan kinerjanya di dunia maya. Dan tim ini harus terintegrasi dengan tim yang ada di lapangan, agar logika kerjanya tidak berbenturan. Karena apa yang berkembang di dua ‘dunia’ itu, maya dan nyata, saling mempengaruhi.

Farid meyakini bahwa fenomena sosial media di dunia politik Indonesia akan semakin signifikan ke depan. Karena itu, parpol dan para kadernya harus menyiapkan hal ini sejak saat ini. Terutama menghadapi Pemilu 2014.

Rio Yotto – Jakartakita.Com | IMMC Jakarta


Tinggalkan komen