Take a fresh look at your lifestyle.

Putaran Kedua, Pertarungan Kekuatan Parpol dan Figur

0 4,105

Tiket Pesawat Murah Airy

Jakartakita.Com: Riset media yang dilakukan Indonesia Media Monitoring Center (IMMC) tentang Pemilukada Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 2012 menunjukkan fakta menarik. Pengaruh figur semakin kuat dan signifikan dalam proses penggalangan dukungan politik. Jika sebelumnya partai politik memegang peranan tunggal sebagai alat konsolidasi politik, kini sosok figur harus semakin diperhitungkan.

Riset media yang dilakukan IMMC menunjukkan bahwa dalam komposisi pemberitaan media massa nasional, figur Calon Gubernur DKI 2012 ini semakin mendominasi sumber-sumber pemberitaan. Pada ajang Pemilukada DKI sebelumnya, fokus media banyak terserap pada partai politik sebagai sumber pemberitaan. Karena partai politik dianggap sebagai alat konsolidasi politik yang efektif dan solid.

Dalam rilis media yang dikirimkannya, IMMC menunjukkan bahwa dari total pemberitaan Pemilukada DKI putaran kedua ini, sekitar 58% sumber pemberitaan mengacu pada dua figur pasangan cagub yang bersaing, yaitu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) dan Joko Widodo-Basuki (Jokowi-Ahok). Sementara sumber pemberitaan yang berasal dari partai politik sebesar 37%. Selain dari dua sumber tersebut, pemberitaan bersumber dari berbagai elemen politik yang lain.

“Dalam perspektif analisis media, sumber pemberitaan salah satu bagian penting pembentuk paradigma politik yang terbentuk di publik. Mengacu pada hasil riset, terlihat bahwa keberadaan figur menjadi semakin penting. Pada saat yang sama, kekuatan figur ini mulai menggeser dominasi partai politik yang selama ini kerap menjadi single fighter,” demikian dijelaskan Muhammad Farid, Direktur Riset IMMC, dalam rilisnya.

Lebih lanjut, Farid menjelaskan bahwa hasil yang konsisten juga terlihat jika hasil riset tersebut diturunkan pada tingkat masing-masing cagub. Kecenderungan penguatan sosok figur itu terlihat baik pada Foke maupun Jokowi. Dari semua sumber pemberitaan tentang pasangan Foke-Nara, 35% bersumber pada figur Foke. Sementara partai politik pendukungnya hanya 20%. Sementara Jokowi sekitar 20%  dan partai pendukungnya 17%.

Related Posts
1 daripada 5,023

“Jadi, figur saat ini tidak lagi menjadi elemen pelengkap saja. Malah sebaliknya, dalam batas tertentu bisa melampaui pengaruh dan kekuatan partai politik. Apakah ini merupakan gejala awal dari sebuah horizon politik baru di Indonesia ke depan? Tentu saja, ini hipotesa baru dalam perspektif analisis media. Jadi, masih perlu dikomparasikan dengan perspektif yang lainnya untuk lebih mendapatkan hasil yang valid. Tapi setidaknya Pemilukada DKI ini memperlihatkan indikasi tersebut,” jelas Farid.

Apakah itu artinya bahwa koalisi partai politik tidak akan efektif? Menurut Farid, dalam konteks ini antara Foke dan Jokowi ada perbedaan strategi. Riset IMMC menunjukkan bahwa Foke masih memberikan perhatian penuh pada konsolidasi dukungan partai terhadap dirinya. Dari semua pemberitaan tentang dukungan terhadap Foke, sebesar 71% berupa dukungan partai politik, dan hanya 28% yang berasal dari tokoh atau masyarakat secara langsung. Sementara Jokowi sebaliknya, 59% pemberitaan tentang dukungan tokoh atau masyarakat dan 40% dari partai politik.

“Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pada putaran kedua ini, kedua cagub sudah mengetahui fokus penggalangan konsolidasi kekuatan politiknya. Karena sudah tahu tidak didukung oleh koalisi partai dominan, Jokowi menyalurkan energi kampanyenya langsung ke kantong-kantong masyarakat. Sementara Foke sepertinya masih percaya pada kekuatan konsolidasi partai untuk menggerakkan para loyalisnya,” jelas Farid.

Farid menambahkan bahwa semua itu soal cara pandang dan cara merespon fakta di lapangan oleh masing-masing kandidat. Kedua kandidat memang dihadapkan pada pilihan strategi, karena Pemilukada DKI ini memiliki tingkat dinamika yang cukup tinggi. Bahkan mengarah pada fluktuasi politik. Berbeda dengan Pemilukada di darah lain pada umumnya yang relatif statis. “Sejauh mana cara pandang dan strategi tersebut tepat sasaran, hasil Pilgub nanti akan menjawabnya. Dan ini akan menjadi blue print semua partai politik dalam menatap Pemilu 2014 nanti,” tambah Farid.

RY – Jakartakita.Com| IMMC Jakarta


Tinggalkan komen