Petambak merugi akibat kekeringan
Jakartakita.Com: Musim kemarau yang panjang dan kekeringan di sejumlah wilayah Pulau Jawa menyebabkan sebagian besar petambak mengalami kerugian, seperti disampaikan oleh Organisasi tani dan nelayan, Kontak Tani dan Nelayan Andalan KTNA.
Ketua umum KTNA Winarno Tohir mengatakan para petambak sangat tergantung pada air tawar, terutama untuk budidaya Bandeng dan Udang yang banyak dilakukan di Pantai Utara Pulau Jawa, tetapi pasokan air tawar menurun drastis pada musim kemarau tahun ini.
“Untuk tambak air payau juga dibutuhkan air tawar agar tidak terlalu asin, dan sekarang kondisinya tidak ada pasokan air tawar, padahal tidak semua ikan tahan terhadap air asin, jadi banyak tambak yang akhirnya didiamkan begitu saja,” jelas Winarno.
Winarno memperkirakan kerugian yang dialami petambak sedikitnya mencapai Rp 10-15 juta.
“Itu yang sederhana ya hanya kolam dan benih ikan, kerugian mereka banyak sekali karena tidak berproduksi sama sekali meski sudah mengeluarkan modal,” tambah Winarno.
Kondisi terparah, menurut data KTNA, adalah tambak yang berada di wilayah Pantai Utara Jawa, sementara Petambak di Lampung masih bisa panen karena sempat mengalami hujan.
Selain pasokan air tidak ada, Winarno mengatakan, cuaca panas menyebabkan tingkat penggaraman tinggi, sehingga hanya ikan laut yang dapat bertahan di daerah tambak.
Sebagian kecil
Sementara itu, Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP menyatakan dampak kekeringan hanya dialami sebagian kecil petambak yang berada jauh dari pantai. Sementara di wilayah Pantura, para petambak masih dapat menikmati panen.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengatakan para petambak di wilayah Pantura seperti Cirebon sampai Serang, mengaku tidak mengalami masalah dengan musim kemarau tahun ini.
“Saya sudah memantau di sejumlah wilayah Pantura dan mereka menyatakan tidak ada masalah sama sekali karena pasokan air untuk tambak dari pasang surut air laut, yang mengalami masalah adalah petambak yang mengandalkan air sungai, padahal sungai volume airnya menurun, dampaknya pada ikan dan bandeng akan menjadi kerdil,” jelas Slamet.
“Hanya sebagian kecil saja, betul-betul mereka tidak ada masalah, mereka masih bisa panen Bandeng, Udang dan Rumput Laut juga,” tambahnya.
Slamet mengatakan meski hasilnya minim, para petambak tetap berproduksi dan juga ada yang beralih untuk membuat garam.
Tetapi, kondisi ini diperkirakan tidak akan mempengaruhi produksi Udang di wilayah Pantura.
Pemerintah menyatakan melakukan upaya untuk merevitalisasi sekitar 20.000 hektar tambak Udang di wilayah Pantura, dan menargetkan produksi Udang pada daerah revitalisasi mencapai 214.000 pada 2014 mendatang.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG memperkirakan kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia berakhir pada Oktober mendatang. RY – JK/BBCIndonesia