Take a fresh look at your lifestyle.

Ketimpangan pendapatan capai ‘titik tertinggi’ dalam 20 tahun

0 757

Tiket Pesawat Murah Airy

Jakartakita.Com: Ketimpangan kemakmuran global makin mendalam dan kini berada di titik tertingginya dalam 20 tahun terakhir, kata sebuah laporan baru dari lembaga kemanusiaan Save The Children.

Meskipun menyebut ada sejumlah keberhasilan terkait upaya mengurangi angka kematian bayi, laporan itu menekankan pada temuan makin dalamnya jurang kesenjangan antar pendapatan masyarakat berbagai negara yang berakibat pada merosotnya kesejahteraan anak-anak di dunia.

Akibat kesenjangan ini upaya menaikkan taraf hidup masyarakat menjadi sulit, simpul Save The Children.

Laporan ini muncul menjelang dilangsungkannya sebuah pertemuan tingkat tinggi panel PBB membahas kemiskinan.

“Dalam beberapa dekade terakhir dunia berhasil menciptakan perubahan dramatis dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan harkat hidup anak; (tapi) kini kita berada di titik menentukan di mana kematian anak yang bisa dicegah, dapat kita hindari seumur hidup kita,” kata pimpinan Save the Children, Justin Forsyth.

Related Posts
1 daripada 2,195

“Tanpa upaya mengatasi kesenjangan ini… apa pun langkah pembangunan yang disiapkan tidak akan berhasil mencapai atau meraih kemajuan. Lebih lagi, ketimpangan akan menyandera negara tertentu , dan karena itu juga menghambat kemajuan dunia, dari kemakmuran dan pertumbuhan sesungguhnya,” tambah Forsyth.

Para peneliti Save The Children menyatakan dari hampir 32 negara berkembang yang diteliti, kelompok kaya telah menumpuk tambahan pendapatan nasionalnya sejak 1990an.

Sebaliknya pada seperlima negara yang diteliti, pendapatan kelompok paling miskin justru turun drastis pada periode yang sama.

Akibat jurang kesenjangan ini sangat terasa pada kesejahteraan anak dan akibatnya nampak pada ketimpangan di sejumlah indikator kunci.

Misalnya di Tanzania, angka kematian bayi di kelompok seperlima warga terkaya turun dari 135 menjadi 90 per 1.000 kelahiran selama periode riset, tetapi dalam kelompok seperlima termiskin tingkat penurunan angka kelahiran nyaris tak terasa hanya dari 140 menjadi 137 per 1.000 kelahiran.

RY – Jakartakita.Com/BBCIndonesia


Tinggalkan komen