Perbankan Syariah Tumbuh 40 Persen
Jakartakita.com – CEO Bank Muamalat, Endy Abdurahman di Jakarta, Rabu (19/11) mengatakan, perkembangan perbankan Syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam lima tahun terakhir ini yakni sekitar 40 persen. Hal ini terlihat dengan bertumbuhnya produk asuransi, multifinance, dan sejenisnya. Saat ini saja, terdapat sekitar 11 bank umum Syariah dan unit Syariah di Indonesia.
“Dalam lima tahun terakhir ini, industri perbankan syariah tumbuh hampir 40 persen. Saat ini ada 11 bank umum Syariah dan unit Syariah di Indonesia,” kata Endy.
Ia menilai, sejatinya industri keuangan syariah tidak memiliki hambatan berarti untuk dapat tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. “Apalagi mayoritas masyarakat Indonesia bersikap sangat positif dengan hadirnya perbankan syariah serta pertumbuhan generasi Islam di Indonesia terus berkembang kedepannya,” tambahnya.
Menyikapi kondisi tersebut dan untuk lebih memperluas pasar, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk menggandeng PT Manulife Indonesia untuk menyalurkan produk-produk asuransi berbasis Syariah. Kerjasama tersebut, jelasnya, menjadi bentuk konfigurasi yang saling melengkapi antar lembaga keuangan lain dengan Bank Muamalat. Sekedar informasi, rata-rata sekitar 70-80 persen bisnis produk asuransi syariah dijual oleh 8200 agen manulife yang tersebar di 28 kota di Indonesia. “Ini dapat menjadi branding yang sangat kuat bagi Bank Muamalat,” ungkapnya.
Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OKJ), Edy Setiadi, mengatakan untuk meningkatkan pertumbuhan pasar, perbankan syariah harus dapat menangkap potensi kelompok masyarakat berpenghasilan menengah (middle income group) yang tumbuh di Indonesia saat ini. Salah satunya, dengan mengembangkan jasa dan pelayanannya menjadi lebih modern. Menurutnya, masyarakat berpenghasilan menengah saat ini cenderung menggunakan informasi dan teknologi dalam melakukan aktivitasnya.
“Mereka ke mana-mana pakai gadget. Jadi, kalau perbankan syariah polanya masih tradisional akan ketinggalan. Ini perlu diantisipasi,” ungkap Edy.
Dia mengatakan, krisis ekonomi global saat ini yang berimbas ke Indonesia, tidak terlalu berdampak signifikan kepada pasar perbankan syariah nasional. Kondisi tersebut karena pangsa pasar di Indonesia didominasi ritel.
Pengamat ekonomi syariah, Adiwarman Karim, mengatakan potensi market Indonesia yang sangat besar semestinya menjadi peluang, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Menurutnya, transaksi antar pulau di Indonesia bagian timur sangat aktif. Akibatnya, marjin perdagangan di wilayah tersebut cukup besar.
Ditambahkan, agar bank syariah dapat diterima oleh masyarakat setempat, perlu dilakukan pendekatan yang sesuai dengan kearifan lokal. Sehingga, kehadirannya dapat lebih diterima oleh masyarakat. “Perlu adanya pendekatan bisnis dengan lembaga keuangan lokal agar bank syariah tidak dianggap sebagai kompetitor,” tambahnya.
Pendekatan bisnis itu, sambung Adiwarman, dapat dilakukan dengan cara memberi bantuan modal kepada lembaga lokal dengan sistem channeling.