Lyra Puspa: ‘Matahari Kembar’, Tantangan “Womenpreneur” Masa Kini
Jakartakita.com – Bila RA Kartini menghadapi diskriminasi di zamannya, tantangan berbeda harus dihadapi para ‘Kartini’ masa kini. Khususnya bagi mereka yang menjalankan usahanya sendiri atau menjadi womenpreneur.
Misalnya saja para perempuan dari kalangan bawah yang menjalankan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meski keinginan besar untuk maju dan membuka usaha ada, para perempuan ‘grass root’ ini tetap harus mengikuti apa kata suami.
“Ini saya alami saat memberikan coaching kepada para perempuan dari kalangan bawah yang mempunyai usaha mikro atau usaha kecil. Keinginan mereka untuk maju besar. Tapi, tetap saja semua harus atas izin suami. Kalau tidak diberi izin suami, mereka tak bisa menjalankan usaha. Padahal, mungkin saja sang suami tak punya penghasilan tetap yang mencukupi keluarga,” kata Founder & President Vanaya Institute, Lyra Puspa, kepada Jakartakita.com Selasa (7/4/2015). Vanaya Institute adalah mitra lokal lembaga edukasi dan pelatihan coaching Erickson College.
Selain tak memiliki kebebasan untuk menentukan, para perempuan dari kalangan bawah juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengurus rumah tangga dan anak. Sehingga, kendala membagi waktu adalah hal yang lumrah harus mereka hadapi.
Lain lagi ceritanya dari womenpreneur, pengusaha wanita yang umumnya berasal dari kalangan berpendidikan dan memiliki suami dari kalangan yang sama. Dukungan dalam menjalankan usaha tentunya tak sulit untuk mereka dapatkan.
“Tentunya para pengusaha wanita memiliki kebebasan lebih besar, karena lingkungan mereka memberikan support. Tapi jangan salah, para pengusaha wanita ini memiliki tantangan ‘Matahari Kembar’,” ucap perempuan kelahiran tahun 1975 tersebut.
Yang dimaksud dengan ‘Matahari Kembar’ adalah adanya dua orang pencari nafkah utama dalam keluarga, suami dan istri. Masing-masing dengan kemampuan finansialnya sendiri.
“Kondisi ‘Matahari Kembar’ bisa menjadi permasalahan besar bila keduanya bekerja sama dalam satu usaha. Jika istri jabatannya di bawah suami, tak masalah. Tapi hal berbeda berlaku bila istri yang posisinya lebih tinggi dari suami. Ini tak jarang menimbulkan masalah, bahkan masalah rumah tangga,” terang Lyra, yang lulus program Magister LPPM tahun 2000 lalu.
Bila sampai menjadi masalah rumah tangga, biasanya istrilah yang lalu mengalah. Keluar dari bisnis yang dijalankan bersama suami, lalu menjalankan bisnis lain. “Jalan keluar ini yang biasanya akhirnya ditempuh,” pungkas Lyra.
Memang, tak hanya Kartini masa lalu yang harus menghadapi tantangan untuk maju. ‘Kartini’ masa kini pun harus menghadapi tantangan, meski bentuknya yang berbeda.