ASEAN Siap Menghadapi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Jakartakita.com – Walaupun tengah menikmati pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di beberapa tahun terakhir ini, perekonomian ASEAN masih belum kembali pada tingkat pertumbuhan setinggi sebelum masa krisis keuangan Asia tahun 1997-1998. Salah satu penyebab utamanya adalah karena tingkat investasi yang lebih rendah.
Walaupun demikian, bermodalkan keanekaragaman ASEAN, terbentuknya perkembangan ekonomi yang adil ditujukan untuk mempersempit kesenjangan antara anggota ASEAN-6 (anggota awal) dan anggota ASEAN yang bergabung belakangan.
Laporan KPMG yang diungkap di Jakarta, Kamis (16/4/2015) mencatat bagaimana MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) cenderung mengarah kepada empat manfaat utama. Yang pertama adalah mengurai hambatan tarif dan non tarif akan mengurangi biaya barang dan jasa dari daerah sehingga akan meningkatkan daya saing pasar negara anggota ASEAN.
Kedua, kerjasama sektoral akan membantu negara-negara kurang mampu di ASEAN untuk belajar dari negara anggota lain yang lebih berkembang.
Selanjutnya, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah ASEAN akan mampu untuk mengoptimalkan efisiensi dengan mengambil keuntungan dari keunggulan kompetitif yang berbeda dari negara-negara anggota ASEAN. Seperti biaya tenaga kerja yang lebih rendah di Myanmar dan Vietnam, atau kekuatan R&D di Singapura.
Yang terakhir, integrasi memungkinkan perekonomian ASEAN untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan oleh ukuran mereka (tidak ada satu pun perekonomian ASEAN, Indonesia sekalipun, yang dapat bersaing sendiri dengan Cina atau India).
Di luar inisiatif wilayah di tingkat ASEAN, masing-masing negara terus melakukan pembaharuan untuk meningkatkan daya saing mereka. Greater Mekong Sub-Region (GMS) yang terdiri dari Thailand, Kamboja, Laos dan Myanmar (serta dua provinsi Tiongkok bagian paling selatan yaitu Yunnan dan Guangxi Zhuang) menyumbangkan pertumbuhan eonomi yang diatas tren.
Vietnam membentuk Perjanjian Investasi Bilateral (BIT) dengan Amerika Serikat dan melakukan amandemen terhadap peraturan investasi dan badan usaha asing. Bersama dengan Malaysia dan Singapura, Vietnam juga menjadi bagian dari perdagangan bebas Kerjasama Trans Pasifik (TPP) yang memberikan dampak penting bagi langkah perubahan ekonomi.
Tata kelola yang baik telah menjadi kunci kebangkitan ekonomi Filipina. Pada tahun 2014 pertumbuhan di Filipina bertahan di 6,1% (Sumber: Philippines PPP Center, 2014) dan ada peningkatan yang nyata dalam pengeluaran dan pembaharuan infrastruktur untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Peralihan Myanmar dari sistem militer otoriter ke pemerintahan demokratis telah membukakan jalan bagi reformasi ekonomi dan penghapusan sanksi internasional memungkinkan negara untuk memperoleh kembali kejayaan ekonominya.
Arus perdagangan lintas batas untuk meningkatkan integrasi perdagangan terjadi di perbatasan Thai-Lao. Aktivitas ekonomi lintas batas antara Thailand dan Laos, dengan beberapa kota di timur laut Thailand yang mendapatkan manfaat dari meningkatnya permintaan dari penduduk Laos terhadap semua jenis layanan.
Kerja sama antara Singapura dan Wilayah Iskandar di Malaysia (IR). IR dikembangkan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk berintegrasi dengan Singapura, menawarkan Singapura ruang yang lebih luas untuk perekonomiannya dengan tanah yang lebih luas dan ketersediaan buruh yang lebih baik dibandingkan di Singapura.