Kasus Singtel Diangkat Kembali ke Publik
Jakartakita.com – Singapore Telecom (SingTel) sepertinya enggan melepas saham di PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Singtel masih ingin terus berinvestasi di Indonesia, karena memang Indonesia jika dilihat dari kacamata bisnis merupakan tempat yang memiliki potensi tinggi.
Saat ini diketahui bahwa, Singtel masih memiliki 35 % saham dari Telkomsel.
Dari tahun 2002 pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri, masuk dengan Rp 10 triliun dan hingga kini telah meraup untung sebesar 4 triliun pertahunnya, jika dikali 4 maka nilainya mencapai Rp 40 triliun.
Untuk permasalahan itulah, pada hari ini, Selasa (17/6/2015), diadakan acara konfrensi pers di Kedai Kopi Deli di bilangan Jakarta Pusat, dengan pembicara, Yana Supriyatna, Akademisi Universitas Bung Karno, Richard Achmad, Direktur Lembaga Kajian Sosial Ekonomi, dan Agung Widadi, dari FITRA.
Acara ini membahas tentang adanya indikasi mengenai proses goreng menggoreng saham yang telah merugikan negara sebesar Rp 33 triliun.
“Kementerian BUMN harus bisa melihat akan hal ini dan menyelamatkannya,” ungkap Agung Widadi, pada acara konferensi pers tersebut.
Richard Achmad, pun dikabarkan telah melaporkan hasil penemuan audit ini kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan sudah ditindak lanjuti oleh Bareskrim pada hari ini, untuk dilakukan pemeriksaan terkait hal tersebut.
Richard pun menilai, Rini Soemarno, Menteri BUMN, terlalu berani untuk bekerja sama dengan Singapura dalam ambisi untuk membesarkan e-government, yang diduga menekan Dirut Telkom – Telkomsel.
Diketahui pula bahwa saat ini Singtel telah mendominasi arahan bisnis Telkomsel, karena IPO sepertiga saham dari Telkomsel yang dimiliki Singtel.
Sementara untuk kasus pembuatan Singtel – 3 di Singapura, hal ini pun dianggap oleh Agung Widadi berpotensi kepada indikasi pencurian data e-government Indonesia, yang disedot oleh Singapura untuk kepentingan pertahanan dan bisnis.
Selain itu, ditambahkan juga oleh Agung, menurut hasil temuan dari FITRA, nilai pajak dan tenaga kerja dari Singtel dinikmati oleh pihak Singapura.