Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Andalkan Kekhasan Budaya Lokal Untuk Menggarap Pasar
Jakartakita.com – Dengan mengandalkan kekhasan budaya lokal dan nilai sejarah (heritage and culture) sebagai sebuah strategi utama dalam menggarap pasar, Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta yang merupakan hotel bintang lima dengan lokasi strategis di jantung bisnis ibu kota Jakarta, terus memperkuat lini bisnisnya di industri hospitality.
Saat ini, upaya renovasi dan peremajaan gedung serta penambahan unit-unit bisnis baru terus dilakukan untuk menyikapi kebutuhan pasar dan perkembangan jaman yang terus berkembang.
“Grand Sahid Jaya Hotel merupakan hotel yang memiliki kekayaan sejarah dan budaya (heritage dan culture) serta memiliki ikatan historis dengan kota Jakarta. Hal ini tentu menjadi kekuatan dan nilai lebih bagi kami bila dibandingkan dengan hotel-hotel lain. Meskipun demikian, proses rebranding terus kami lakukan. Kedepan, kami bakal lebih fokus dalam membidik sektor MICE (meeting, incentive, convention dan exhibition) dengan event atau kegiatan berbau seni, budaya, dan culture Indonesia,” tutur Erwina Lemuel, PR Manager Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta kepada Jakartakita.com, dalam sebuah kesempatan wawancara baru-baru ini di Jakarta.
Ditambahkan, Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Beberapa keunggulannya antara lain; lokasi yang strategis di pusat bisnis, mempunyai akar budaya yang kuat, serta sebagai salah satu hotel perintis di Ibu kota Jakarta.
Faktor-faktor tersebut, menurut Erwina, menjadikan hotel yang didirikan oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono ini, tetap stabil ditengah kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pelemahan nilai tukar Rupiah, seperti terjadi saat ini.
“Secara umum bisnis kita cukup stabil. Pasalnya, tamu-tamu yang menginap kebanyakan justru orang lokal dengan persentase sekitar 60% dan sisanya orang asing,” jelasnya.
“Justru yang terpengaruh adalah dalam hal pengadaan barang-barang kebutuhan hotel, semisal untuk restoran, bahan baku makanan, dan lain-lain. Selebihnya, okupansi kita cukup stabil diangka 70-80%,” sambungnya.
Adapun untuk aktivitas MICE, lanjutnya, infrastrukturnya sudah ada. Bahkan, untuk Puri Agung sendiri bisa dibilang merupakan legend sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan event.
“Kapasitasnya bisa menampung sekitar 3500 orang. Tinggal bagaimana kita mengolahnya saja,” tandasnya.