DPR Rekomendasikan Pemerintah Bentuk Crisis Center
Jakartakita.com – Komisi XI DPR RI merekomendasikan pemerintah membentuk “crisis center” untuk mengatasi kondisi perekonomian yang kini sedang tidak baik dan mencegah kondisinya semakin memburuk.
Demikian dikatakan Ketua Komisi XI DPR Fadel Muhammad dalam rapat kerja mengenai Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) APBN 2014 dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan dan Kementerian Keuangan di Gedung Nusantara I, Jakarta, Senin (24/8/2015) malam.
“Kami Komisi XI, merekomendasikan dibuat crisis center yang menyediakan matriks. Saya kira ini sangat penting,” kata Fadel.
Ia mengaku terganggu melihat kondisi perekonomian yang tidak baik, sedangkan menurut dia, pemerintah belum menunjukkan langkah-langkah yang jelas untuk mengatasinya.
Untuk itu, ia meminta Menteri Keuangan, Menteri PPN serta Menko Perekonomian bersama membentuk “crisis center” yang menyediakan data-data dalam bentuk matriks untuk masyarakat agar mereka mengetahui dengan pasti kondisi perekonomian kini.
Menurut Fadel, cara itu ditempuh pemerintah masa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan terbukti dapat membantu mengatasi perekonomian yang saat itu juga kurang baik.
Sementara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ujar dia, masih menunggu kebijakan pemerintah mengenai upaya mengatasi masalah ekonomi dengan cara “crisis center” itu.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah telah menyiapkan “crisis management protocol”, tapi data-data yang terdapat di dalamnya tergolong rahasia.
Selain itu, ia mengatakan pemerintah terus mengikuti surat berharga BI serta menjaga surat berharga negara (SBN), misalnya dengan melakukan pembelian kembali (buy back) dan memperkuat cadangan devisa.
Menkeu menuturkan kondisi perekonomian kini berbeda dengan krisis ekonomi 1998 karena pertumbuhan masih positif, inflasi tujuh persen (yoy) dan neraca perdagangan surplus, meskipun karena impor turun drastis.
“Dari fundamental makro cukup baik, tapi tidak bisa dihindari global yang chaotic, AS memperketat, Tiongkok mendevaluasi. Kalau Tiongkok terus mendevaluasi dolar juga akan semakin kuat,” kata dia. (Sumber : Antara)