Indonesia Butuh 7000 Tenaga Ahli IT
Jakartakita.com – Di hari kedua pelaksanaan Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2015 berlangsung diskusi National Broadband and Cyber Security Symposium.
Kristiono, Ketua Umum of Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (MASTEL), mengatakan Indonesia telah menerapkan rencana jaringan pita lebar sejak tahun 2014 silam.
“Setelah penerapan Indonesia Broadband Plan, Indonesia akan menjelma menjadi salah satu kekuatan digital economy terbesar di dunia,” ucap Kristiono, di JCC, Kamis (5/11/2015).
Namun hal ini bukanlah tanpa tantangan. Pertama, jelas dia, harus dibangun sebuah infrastruktur yang mampu menarik lebih banyak pengguna jaringan pita lebar, dengan target mencapai 120 juta penduduk Indonesia. Kedua, bagaimana menciptakan sebuah ekosistem digital yang aman.
“Menurut Telkomtelstra, merujuk pada studi yang dilakukan oleh Akamai Technology Firm, Indonesia masih menempati peringkat tiga dalam daftar negara yang memiliki sumber serangan cyber terbesar,” jelasnya.
Riki Arif Gunawan, Kepala Sub Direktorat Keamanan Teknologi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan, dalam menciptakan keamanan di dunia maya, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia berkualitas sebagai pelengkap dari infrastruktur TIK yang mumpuni.
“Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membuat sertifikasi profesi dalam menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Pemerintah juga bermitra dengan pihak swasta dalam mengisi kekurangan 7000 tenaga ahli IT,” sambung Riki.
Meski demikian, Nader Henein, Direktur Keamanan Blackberry mengatakan, sangat tidak adil jika para pelaku industri membebankan semua tugas ini kepada pemerintah.
“Untuk itu, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta dalam mengantisipasi cyber-crime dan meningkatkan kesuksesan pelaksanaan rencana jaringan pita lebar,” tandasnya.