Wisatawan Indonesia Digaet Asing, Industri Travel Dalam Negeri Harus Kreatif
Jakartakita.com – Salah satu konsekuensi pemberlakuan liberalisasi ekonomi di kawasan ASEAN adalah bebasnya arus jasa yang masuk dan keluar dari negara anggota. Tidak terkecuali arus jasa industri pariwisata seperti travel agent yang akan menyerbu Indonesia.
Bukan hanya negara-negara kompetitor klasik semisal Malaysia, Thailand, atau Singapura, negara Asia Timur seperti Jepang atau Korea Selatan juga sangat berminat. Bahkan perusahaan travel terbesar kedua di Jepang, HIS, Co. Ltd, yang sudah membuka kantor perwakilan di Jakarta sejak tahun 2013, menargetkan menambah 200 kantor cabang baru di seluruh Indonesia sepanjang tahun 2016 ini.
Sekjen ASITA (Travel Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies), DR. N. Rusmiati, M.Si, mengamini bahwa memang banyak travel agent luar negeri melirik Indonesia dan berminat membuka kantor di Indonesia.
Travel agent asing menyasar dua segmen bisnis jasa pariwisata, yakni segmen destinasi domestik dan segmen destinasi negara asal travel agent. Artinya, selain membuat paket-paket wisata untuk destinasi dalam negeri, mereka juga menggiring wisatawan domestik untuk mengunjungi destinasi negara asal mereka.
“Jadi bukan tidak mungkin orang Indonesia belum pernah ke Bali tapi sudah pernah ke Sydney,” katanya di Jakarta.
“Dengan jumlah penduduk kelas menengah yang demikian banyak, tentu ini dilihat sebagai potensi oleh mereka. Dan pasar bebas ASEAN menjadi momentum mereka untuk merambah pasar dalam negeri. Dari segi bisnis, itu sah-sah saja sebetulnya, ” sambungnya.
CEO PT Patihindo Permai itu melanjutkan, justru pelaku industri pariwisata dalam negeri yang harus siap berkompetisi dengan asing.
“Travel agent lokal harus bisa meng-create paket-paket wisata yang kompetitif dan memuaskan klien dengan beragam cara inovatif, misalnya dengan membangun sistem IT yang tangguh, atau memanfaatkan jaringan online media sosial yang saat ini sedang tren,” ujarnya.
Rusmiati bersyukur, bahwa Kementerian Pariwisata di bawah Arief Yahya termasuk cukup perhatian menyoal penggunaan teknologi (media online) pada industri pariwisata di Tanah Air.
“Pak Menteri sangat mendukung masuknya industi pariwisata ke era digital sebagai jawaban untuk memenangi kompetisi global,” terangnya.
Tetapi, meski MEA 2016 sudah berlaku, pemerintah juga tidak boleh berpangku tangan membiarkan para pelaku travel agen dalam negeri berjuang sendirian. Rusmiati meminta pemerintah harus terus membangun dan meningkatkan infrastruktur pariwisata agar target 14 juta wisman dan 250 juta wisnus tahun ini tercapai. (YAS)