Jakartakita.com – Perlambatan ekonomi yang terjadi selama tiga tahun terakhir terbilang cukup berdampak pada berbagai sektor industri, tak terkecuali properti. Data menunjukkan pertumbuhan sebesar 4.7% pada kuartal II/2015. Posisi terendah sejak 2009.
Pemerintah merespon dengan mengeluarkan berbagai kebijakan strategis di sektor properti untuk membantu pergerakan industri ini kembali di jalur positif.
Rumah123.com bagian dari iProperty Group kembali mengadakan “Asia Property Sentiment Survey” pada semester I/2016 untuk mengetahui sentiment terbaru masyarakat Asia terkait properti, terutama di Indonesia.
Masyarakat tidak lagi menunda niatan membeli properti. Banyak di antara mereka menyadari momen terbaik memberi properti adalah saat ini. Sebanyak 40% responden mengaku akan mencari properti mulai saat ini hingga satu tahun ke depan.
Ignatius Untung selaku Country Manager dari rumah123.com menjelaskan, “Minat terhadap properti baru pun masih cukup tinggi. Uniknya, setengah populasi responden mengatakan tidak peduli status properti yang mereka beli baru atau second.”
Properti dalam bentuk “rumah tapak” kembali menjadi prefensi utama, namun “tanah” juga melejit, menempati posisi kedua jenis properti yang diminati. Melemahnya nilai tukar rupiah yang berpengaruh ke biaya konstruksi diyakini menjadi alasan kalangan investor memilih tidak langsung membeli atau membangun properti. Para investor memilih membiarkan investasi dalam bentuk tanah.
Faktor pendorong utama pembelian properti masih berdasarkan pada pertimbangan lokasi, harga, dan akses. Terkait pembiayaan, KPR tetap menjadi pilihan utama masyarakat, meski demikian survey juga mencatatkan pertumbuhan minat masyarakat untuk mencicil langsung ke developer/kredit inhouse.
Sementara mereka yang melakukan pembiayaan melalui KPR, 80% dari total responden menyatakan keinginannya untuk melunasi kredit sebelum tenor selesai.