Peruri Catat Pendapatan Usaha Sebesar Rp 3,02 Triliun di Tahun 2015
Jakartakita.com – Perum Percetakan Uang Negara (Peruri) mencatatkan kinerja keuangan konsolidasi yang positif dengan pendapatan usaha sebesar Rp 3,02 triliun, atau naik 30,71% dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp 2,31 triliun.
Direktur Utama Perum Peruri, Prasetio mengungkapkan, nilai pendapatan tersebut melampaui target di Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015 yakni 102,86%.
Sementara untuk laba bersih, BUMN percetakan yang memiliki pusat produksi di Karawang ini, membukukan laba bersih Rp 324 miliar atau naik 2,86% dari 2014 sebesar Rp 315 miliar. Laba usaha perusahaan tercatat Rp 476 miliar, atau naik 89,64% dari tahun 2014 sebesar Rp 251 miliar, dengan beban usaha di 2015 sebesar Rp 2,29 triliun.
“Ini pencapaian pertama kita dalam 5 tahun terakhir dengan pendapatan di atas Rp 3 triliun. Laba bersih naik tipis karena pendapatan tahun 2014 ada penjualan aset cukup besar, jadi tak bisa kalau apple to apple dari sisi laba bersih,” ucap Prasetio, saat paparan laporan kinerja 2015 di Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (7/4/2016).
Dari sisi EBITDA (earnings before interest, taxes, depreciation and amortization), perusahaan dengan aset Rp 3,87 triliun ini mencatatkan sebesar Rp 760 miliar, atau naik 18,68% dari tahun lalu sebesar Rp 640 miliar.
“Ini pencapaian yang membanggakan, tumbuh positif di tengah-tengah kecenderungan perubahan tekhnologi cetak konvensional ke digital, sejauh ini kontribusi cetak konvensional masih sangat dominan lebih dari 95%,” ungkap Prasetio.
Dia menuturkan, selama 2015, kontribusi pendapatan masih disumbang dari pencetakan uang dari pesanan Bank Indonesia (BI) sebanyak 9,3 miliar bilyet, atau 65% dari total pendapatan. Kedua yakni dari pembuatan paspor sebanyak 4,68 juta dengan kontribusi 11% dari total pendapatan.
Produk lain yang menyumbang pendapatan terbesar yakni pencetakan pita cukai sebanyak 180 juta lembar yang berkontribusi pada pendapatan sebanyak 9%, selanjutnya materai sebanyak 738 juta keping atau 5%, dan sisnya disumbang dari pencetakan uang logam, sertifikat tanah, dokumen lain, dan anak perusahaan. (Edi Triyono)