Take a fresh look at your lifestyle.

Nyomie Berbagi Kisahnya dan Batita Max, ‘Penakluk’ 17 Gunung di Indonesia

0 1,110

Tiket Pesawat Murah Airy

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Jakartakita.com – Indonesia Outdoor Festival (Indofest) 2016 yang berlangsung di Istora Senayan 6-10 April 2016 menyuguhkan beragam talkshow, Sabtu (9/4/2016) ada talkshow dengan pembicaran drh Nyoman Sakyarsih, atau biasa dipanggil Nyomie, seorang dokter hewan dan seorang single parent yang memiliki seorang anak bernama Max, yang sekarang menginjak usia 3 tahun.

Nyomie dan Max dalam beberapa tahun ini sudah mendaki 17 gunung yang ada di Indonesia. Kegiatan mendaki gunung dengan mengajak Max adalah satu cara supaya Nyomie, yang merupakan anggota pecinta alam saat masih SMA, tidak jenuh dengan rutinitasnya sebagai dokter hewan, juga ingin mengenalkan Max tentang alam.

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

“Sejak kecil Max memang suka gelinding, tahan banting dia. Di usia lima bulan saya sudah bawa ke Bromo, mengenalkan alam dan belajar adaptasi di udara dingin. Ternyata Max baik-baik saja. Waktu itu masih menggunakan gendongan bayi biasa,” ujar Nyomie.

“Walapun saya single parent, tapi ketika mendaki Max tidak akan kehilangan sosok ayah karena om-om-nya sangat membantu dan mau direpotkan selama di gunung ketika bersama Max,” imbuhnya.

Nyomie menceritakan dan berbagi tips jika ingin mendaki gunung dengan anak kepada para pengunjung yang notabene ibu-ibu.  Waktu yang tepat untuk mengajak anak mendaki gunung adalah dengan menyesuaikan karakter dan minat anak. Tidak overprotective, adaptasi dengan menyentuh tanah dan bermain rumput, mengenal ambang batas toleransi suhu anak terhadap panas dan dingin, kenali kesehatan dan problem spesifik anak seperti alergi, dan adaptasikan anak dengan pendaki lain in case of emergency.

Related Posts
1 daripada 1,949

Mendaki gunung juga dilakukan secara bertahap, dengan menggunakan gendongan bayi biasa di usia kurang dari 1 tahun, setelah umur setahun lebih saya gunakan kids carrier untuknya. “Sebagai orang tua, kita harus antisipasi terhadap alarm tubuh anak. Walaupun anak terlihat kuat, tapi jangan memanjakan tetap harus istirahat sejam sekali untuk mengecek keadaan anak, bertanya apakah dia haus atau ingin makan cemilan,” ungkap Nyomie.

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Perlengkapan ketika dingin, pemilihan waktu, dan destinasi yang tepat juga memilih tim yang tepat adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Tim yang ideal adalah 4-6 orang dan saat pendakian dibutuhkan leader dan sweeper, menyamakan ritme supaya anggota tidak tercecer. Membuat checklist pribadi, bayi, dan kelompok. Kalkulasikan lama pendakian, mem-backup untuk lama perjalanan maksimal, bila perlu gunakan porter.

“Kemarin baru pulang dari  Gunung Slamet, sehari sebelum berangkat diajak maen tantenya dan sakit, setelah membaik dia tiduran di depan pintu dan minta ikut ke Slamet,” kata Nyomie ketika mengisi Talkshow di Indofest.

Benefit mengajak anak ke gunung menurut Nyomie ada banyak. Anak lebih dekat dengan alam, mau buang sampah, dekat dengan orang lain, lebih peduli dengan lingkungan, menganalisa lingkungannya, dia bisa tetap berhati-hati dengan cuaca yang panas, gerah, nggak nyaman.

“Dia memang kuat sekali, dulu pas ke Puncak Merbabu, dia keluar cuma pake popok lari-lari sedangkan di situ ada orang yang sedang kena hipotermia,” tambahnya lagi.

foto: Jakartakita.com/Indah Purwati
foto: Jakartakita.com/Indah Purwati

Tika Bisono, seorang psikolog dan penggiat alam, yang juga hadir dalam acara talkshow mengatakan, “Anak mempunyai kecerdasan naturalistik. Kecerdasan mencintai alam sangat diperlukan, melalui perjalanan seru, yang akhirnya bahagia. Sehingga bonding tercapai. Tapi hati-hati dengan hanya bergiat satu kegiatan, misalnya hanya senang kalau naik gunung. Bahayanya anak akan kelihatan asing dengan hal lain. Di setiap perjalanan ada pelajaran tertentu yang bisa diceritakan kembali ketika di rumah. Anak-anak juga diajarkan tidak pamer.” (Indah Purwati)


Tinggalkan komen