Microsoft Bayar 10 Ribu Dolar AS Setelah ‘Lancang’ Upgrade Windows Konsumen
Jakartakita.com – Perusahaan Microsoft dikabarkan telah menyetujui untuk membayarkan ganti rugi sebesar US$10.000 atau sekitar Rp133 juta, kepada Teri Goldstein, wanita pengguna Windows 7 asal Kalifornia. Goldstein menuntut Microsoft setelah piranti lunak komputernya secara otomatis berubah menjadi Windows 10, yang belakangan menyebabkan komputernya tidak bisa digunakan kembali.
Teri Goldstein mengatakan, Windows 7 yang ada di komputernya secara tiba-tiba berubah menjadi Windows 10 tanpa ada persetujuan sebelumnya darinya. Alhasil, perubahan itu membuat mesin komputernya tidak stabil, hingga akhirnya tidak bisa digunakan untuk menjalankan usahanya .
Microsoft, seperti dijelaskan oleh juru bicaranya, memutuskan membayarkan uang tersebut semata-mata untuk menghemat dari pengeluaran biaya proses hukum.
Microsoft telah gencar untuk memperkenalkan versi terbarunya, Windows 10, untuk bisa digunakan oleh lebih banyak pengguna lagi sebagai sistem operasi komputer mereka, yang dimana layanan pembaruan ini tersedia secara gratis untuk komputer yang masih menggunakan Windows 7 atau Windows 8.
Namun, banyak orang yang memilih untuk tidak memperbarui sistem operasi tersebut, karena masih banyak yang menggunakan komputer versi yang lama, dan banyak peranti lunak yang tidak bisa berjalan di Windows 10 .
Pada Februari lalu, Microsoft, memasukan sistem keamanan pembaruan dan rekomendasi pembaruan pada paket Windows 10 ini, dengan sistem tersebut. Itulah karenanya, Windows 10 akan secara otomatis meng-update sistemnya sendiri kecuali di-block sendiri oleh penggunanya.
Beberapa orang menuduh bahwa Microsoft melakukan trik yang kurang baik untuk mengajak konsumen memperbarui dengan sistem operasi tersebut.
Harian Seattle Times memberitakan bahwa komputer milik Teri Goldstein menjadi sangat lambat setelah pembaruan sistem tersebut, dan bantuan untuk konsumen dari Microsoft sama sekali tidak membantu.
“Saya tidak pernah mendengar Windows 10 ini. Tidak ada yang menanyakan saya untuk pembaruan sistem ini,” ucapnya pada harian tersebut, seperti dikutip BBC News, Selasa (28/6/2016).