Angkasa Pura II Mencatatkan Obligasi Perdana di BEI Senilai Rp 2 Triliun
Tiket Pesawat Murah Airy
Jakartakita.com – Pada hari ini, Jumat (1/7/2016), PT Angkasa Pura II (Persero) resmi mencatatkan Obligasi I yang bernilai Rp 2 Triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi mengatakan, kegiatan ini merupakan kali pertamanya Perseroan melakukan aksi korporasi, yang terkait dengan pasar modal Indonesia.
“Hari ini sangat bersejarah bagi kami, karena pertama kali masuk pasar modal Indonesia,” katanya di Jakarta, Jumat (1/7/2016).
Menurut Budi, dengan masuk ke pasar modal, menjadi kebanggaan tersendiri buat perusahaan demi menjaga GCG (good corporate governance). “Bagi kami, masuk pasar modal suatu gengsi, dengan demikian kami akan mendapatkan predikat GCG,” tutur dia.
Adapun obligasi Angkasa Pura II terdiri dari 3 kelompok, pertama Seri A (APIA01A) dengan nominal Rp 1 triliun. Dengan bunga sebesar 8,6 persen dan memiliki tenor 5 tahun. Kedua, obligasi Seri B (APIA01B) dengan nominal Rp 100 miliar. Dengan bunga sebesar 8,8 persen dengan tenor 7 tahun. Yang terakhir, obligasi Seri C (APIA01C) dengan nominal Rp 900 miliar. Dengan tingkat bunga sebesar 9 persen dan memiliki tenor 10 tahun.
Lebih lanjut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat berharap, Angkasa Pura II dapat terus memanfaatkan pasar modal. Dan untuk mendorong konektivitas, perusahaan membutuhkan dana yang besar.
“Yang terpenting pada pagi hari ini kita akan mencatatkan obligasi I di BEI. Semoga ke depan Angkasa Pura II dapat lebih banyak memanfaatkan pasar modal untuk pengembangan perusahaan,” lanjutnya.
Asal tahu saja, obligasi tersebut telah mendapat rangking idAAA oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan AAA(idn) oleh PT Fitch Ratings Indonesia. Bertindak sebagai wali amanat ialah PT Bank Mega Tbk.
Adapun untuk total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat di BEI sepanjang tahun 2016 adalah 34 Emisi dari 28 Emiten senilai Rp 49,69 triliun.
Sebagai informasi, penawaran obligasi Angkasa Pura II mengalami oversubscribe 3,8 kali atau hampir 4 kali lipat. (Heri Supriyatna)