Meneropong Jakarta dari Hati Nurani
Jakartakita.com – Merayakan ulang tahun kota Jakarta ke-489, Christie Damayanti menggelar pameran filateli dengan tema “Jakarta dari Masa ke Masa” di Gedung Balai Agung, Jakarta, pada 23-24 Juli 2016. Dalam kegiatan yang mendapat dukungan penuh dari Pemprov DKI Jakarta ini juga diluncurkan buku “Meneropong Jakarta dari Hati Nurani”.
Ir Christie Damayanti MM, memulai karirnya sebagai dosen di Universitas Tarumanegara Jakarta dan arsitek di beberapa perusahaan pengengembang terkemuka di ibu kota Jakarta. Salah satu karyanya adalah Central Park Mall, di bilangan Jakarta Barat.
Perhatiannya terhadap lingkungan hidup dan penataan kota menjadi perhatiannya sejak berkecimpung di dunia developer, apalagi almarhum ayahandanya adalah salah seorang mantan pejabat pemprov DKI yang ikut menata kota Jakarta di zamannya. Planologi dan masalah lingkungan urban menjadi perhatian utamanya.
Lima tahun yang lalu, Christie Damayanti terserang stroke saat berada di Amerika Serikat. Praktis, aktivitas fisik sebagai seorang aristektur seolah-olah berakhir. Namun, melalui menulis dan menekuni hobinya lamanya mengumpulkan prangko, terbukti mujarab membantunya pulih. Dari tahun ke tahun secara perlahan-lahan kondisi fisiknya membaik. Terbatas secara fisik sebagai insan pasca stroke (IPS), Christie masih tetap bekerja hingga kini meski banyak waktu ia habiskan di “belakang meja”. Beberapa buku telah ia tulis dan telah terbitkan. Christie juga aktif di dunia blogging , dalam akunnya di kompasiana.com.
Melalui kegemarannya mengumpulkan prangko, Christie Damayanti sebagai seorang filatelis juga telah turut berpameran pada beberapa kesempatan, bahkan akhirnya bisa menggelar pemaran sendiri. Koleksi prangko yang banyak, tak menyulitkan Christie menggelar pameran filateli kreatif. Beberapa penghargaan diraihnya, termasuk rekor dari Museum Rekor Indonesia untuk Rekor Dunia dan Rekor Indonesia.
Setelah melaksanakan banyak pameran edukasi filateli kreatif dan menelurkan beberapa buku inspiratif, pada tanggal 23 Juli 2016, Christie Damayanti akan melaksanakan launching buku tentang Jakarta, yang berjudul “Meneropong Jakarta dari Hati Nurani”, yang merupakan buku ke-7 dari buah karangannya. Kegiatan ini sekaligus dipadukan dengan pameran filateli kreatif yang sejalan dengan judul buku yang ia tulis tersebut, yaitu tentang koleksi filateli dengan tema jakarta dan masa ke masa. Kegiatan ini merupakan keinginanya untuk terlibat dalam perayaan hari ulang tahun Jakarta yang ke-489 pada tahun 2016.
“Meneropong Jakarta dari Hati Nurani” berisi pengamatan dan gagasan-gagasan solusi bagi berbagai permasalahan Jakarta. Menurut Christie Damayanti, hidup di Jakarta itu memang tidak gampang. Bukan hanya karena Jakarta adalah ibu kota negara dan penuh sesak dengan warga masyarakat serta perpaduan budaya lokal dan internasional—karena Jakarta sudah berada dalam ‘kota dunia’ saja—, tetapi karena Jakarta sekarang lebih menonjolkan pembangunannya secara fisik, meskipun belum melihat kenyamanan apalagi kemanannya.
“Sebagai arsitek dan urban planner, saya sangat terobsesi untuk memperbaiki Kota Jakarta sebagai tempat tinggal yang nyaman. Saya bukan berada dari sisi yang hanya peduli dengan kemewahan serta metropolitan kota, tetapi justru meneropong Jakarta dari sisi yang sangat humanis,” ungkap Christie.
Keajaiban Kota Jakarta sebenarnya sangat banyak, apalagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, menjadikan Jakarta (harusnya) mampu lebih baik dibandingkan kota-kota metropolitan dunia lainnya. Ciri khas Jakarta tersebut sangat kental untuk menjadikan Jakarta unik di mata dunia.
Sayangnya, manajemen Jakarta mungkin masih lebih mementingkan pembangunannya, lebih mementingkan fisik kotanya yang modern, semodern kota-kota metropolitan negara lainnya sehingga wajah Kota Jakarta bisa saja ‘tertukar’ dengan kota-kota negara lainnya karena tidak ada ciri khas sebagai ibu kota negara Indonesia.
Lewat buku ini, Christie Damayanti menawarkan konsep pilihan dalam pembangunan Jakarta saat ini. Sebuah konsep yang mengedepankan hati nurani untuk tempat tinggal yang nyaman, dengan segala macam fasilitasnya. Ditambah lagi dengan permasalahan yang kompleks, pastilah kita sebagai warga kota akan sangat membutuhkan tempat tinggal yang nyaman, aman, serta manusiawi. Bukan hanya untuk warga kota kelas atas, namun juga justru untuk warga kota yang berada di garis kemiskinan.
Pameran filateli “Jakarta dari Masa ke Masa’ yang akan digelar memang ditujukan untuk memperkenalkan kegiatan filateli kreatif kepada masyarakat umum dan terkhususnya pelajar untuk dapat mengenal dan mempelajari perjalanan sejarah dan pembangunan Jakarta dari zaman ke zaman. Tema ini sengaja dipilih untuk menyesuaikan dengan judul buku “Meneropong Jakarta dari Hati Nurani”, yang akan diluncurkan pada hari pertama pameran.
Dalam kegiatan ini, dilakukan juga edukasi mengenai filateli kepada ratusan anak-anak SD. Mereka mendapatkan pengetahuan mengenai kegiatan mengumpulkan perangko, surat-menyurat. Di akhir acara, anak-anak ini akan diberikan kesempatan menuliskan harapan dan keinginan mereka atas kota Jakarta. Pendapat mereka akan diserahkan kepada Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang akan berkenan membalas surat anak-anak tersebut.
Selain menekuni hobi menulis dan filatelis, Christie juga berkesempatan sebagai pembicara dan motivator di beberapa kegiatan baik offline maupun on-air, baik melalui media cetak dan eletronik maupun kegiatan yang diselenggarakan lembaga pendidikan, organisasi masyarakat dan beberapa kementerian.
Menurut ibu dengan dua anak ini, penghargaan bukan menjadi target yang ia kejar karena bukan itu tujuanya terus berkarya., namun proses edukasi dan berbagi dengan masyarakat yang utama. Dengan melakukan kegiatan ini, sekaligus memotivasi diri sendiri dan orang lain.
Mimpi Christie Damayanti, mungkin merupakan mimpi kita semua. Ketika kita dalam keterbatasan fisik atau hal yang lain, seolah-olah dunia kita telah ‘kiamat’ untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk banyak orang. Di sinilah, sosok Christie Damayanti, yang telah menginsipirasi banyak orang, walau dalam keterbatasannya, ia masih terus berusaha dan tak henti-hentinya melakukan segala upaya yang terbaik untuk banyak orang.