Survey : Konsumen Indonesia Kini Lebih Sadar Akan Pola Makan Sehat
Jakartakita.com – Konsumen Indonesia kini lebih sadar akan pola makan sehat; karena itu mereka ingin menerapkan pola makan yang dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan.
80% responden Nielsen’s New Global Health and Ingredient-Sentiment Survey mengatakan bahwa mereka menjalankan diet yang membatasi atau melarang mengkonsumsi makanan/minuman atau bahan-bahannya; dan hampir dua pertiga konsumen (64%) mengatakan mereka bersedia membayar lebih untuk makanan/minuman yang tidak mengandung bahan-bahan yang tidak diinginkan.
“Kondisi ini adalah peluang untuk produsen dan peritel makanan; produsen dapat membantu konsumen dengan menawarkan produk-produk yang diformulasikan dengan focus pada sensitifitas terhadap makanan/minuman dan diet khusus lainnya. Sementara itu, peritel dapat membantu dengan cara menyediakan variasi produk-produk makanan/minuman yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan konsumen di toko mereka,” tutur Yudi Suryanata, Executive Director, Consumer Insights, Nielsen dalam keterangan pers yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini.
“Namun demikian, kesehatan dan kebugaran bukan bidang yang dapat menggunakan hanya satu pendekatan. Produsen dan peritel perlu mengidentifikasi segmen-segmen yang berpotensi tinggi, bagaimana mendekati konsumen, dan kemudian menyesuaikan pesan dan produk mereka,” sambung dia.
Hasil survey tersebut juga menyebutkan, pendorong utama untuk tren pola makan tersebut adalah:
Meningkatnya sensitifitas terhadap makanan/minuman: Hampir setengah (48%) dari responden Indonesia mengatakan bahwa mereka atau anggota keluarga mereka memiliki alergi atau sensitive terhadap satu atau lebih makanan/minuman. Alergi terhadap kerang-kerangan adalah yang tertinggi, dilaporkan oleh 17% responden, disusul oleh telur (15%) dan ikan (13%).
Preferensi diet: Delapan dari 10 (80%) responden mengikuti diet khusus yang membatasi konsumsi makanan/minuman tertentu. Halal merupakan faktor yang paling banyak disebut oleh responden (50%). Responden juga mengurangi makanan/minuman yang tinggi lemak (37%), gula (30%) dan karbohidrat (22%).
Bahan-bahan makanan yang dihindari: Konsumen Indonesia pastinya tidak menyukai bahan-bahan tiruan. Lebih dari tujuh dari 10 (74%) konsumen mengatakan bahwa mereka menghindari pengawet buatan, diikuti oleh perasa buatan (72%) dan pewarna buatan (71%).
Secara global, alergi terhadap produk olahan susu atau laktosa dan kerang-kerangan merupakan yang terbanyak dilaporkan, masing-masing dilaporkan oleh 12% responden. Sekitar dua pertiga (64%) responden Nielsen Global Health and Ingredient-Sentiment Survey mengatakan mereka mengikuti diet yang membatasi atau melarang konsumsi beberapa makanan/minuman, tertinggi di Afrika/Timur Tengah (84%) dan Asia Pasifik (72%). Dua pertiga konsumen global (68%) mengatakan mereka bersedia membayar lebih untuk makanan/minuman yang tidak mengandung bahan-bahan yang tidak mereka inginkan.
70% responden global mengatakan bahwa mereka membuat pilihan diet secara aktif untuk menghindari masalah-masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, kolesterol tinggi atau hipertensi.
Menurut WHO, penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan kanker diperkirakan menyebabkan 73% kematian secara global pada tahun 2020, meningkat dari perkiraan kasar sebesar 60% di 2001.