Danny Masrin Juara Seri III IGT 2017
Jakartakita.com – Putaran final Tugu Pratama Indonesia Golf Invitational yang berlangsung di Damai Indah Golf – BSD Course pada Jumat (24/3/2017) ternyata benar-benar menyajikan pertarungan menarik antara dua pegolf terbaik Indonesia, Danny Masrin (professional) dan Naraajie Emerald RP (amatir). Dua peringkat teratas leaderboard yang bermain dalam satu grup ini terus bersaing ketat dalam perolehan skor hingga hole ke-18.
Setelah absen dalam IGT Seri II karena cedera, Danny akhirnya kembali menunjukkan penampilan terbaiknya dalam Tugu Pratama Indonesia Golf Invitational yang merupakan Seri III Indonesian Golf Tour (IGT) 2017, seperti yang ditunjukkannya pada musim lalu. Pegolf berusia 24 tahun ini berhasil mewujudkan tekadnya untuk meraih gelar juara IGT yang pertama pada musim ini. Danny menutup permainan pada putaran akhir ini dengan skor 68 (empat di bawah par) dan mengumpulkan skor total 13 di bawah par (203).
Memulai putaran terakhir dengan selisih satu pukulan dari Naraajie, perolehan skor Danny sempat diimbangi Naraajie pada hole 4, sama-sama mencetak 10 di bawah par. Namun, Danny bisa menambah tiga birdie dan menyelesaikan sembilan hole pertama dengan 13 di bawah par. Sebaliknya, Naraajie tetap bertahan di angka 10 di bawah par. Skor ini bertahan hingga hole 17. Di hole 18, Naraajie membuka peluang untuk menipiskan selisih skor setelah pukulan keduanya bisa menempatkan bola di green dengan menyisakan jarak sekitar 50 cm dari hole. Eagle sudah di hadapan mata.
Sayang, Naraajie gagal memasukkan putt eagle-nya, dan harus puas dengan skor birdie. Pegolf amatir berusia 16 tahun ini harus mengakui kekalahan dengan selisih dua pukulan dari Danny.
“Saya akui ini permainan terketat saya sepanjang IGT saat berada di grup terakhir. Naraajie itu pemain yang sangat bagus. Di beberapa green bola dia lip out. Seandainya itu tidak terjadi, saya yakin ia bakal jadi juara. It’s not his best day,” ujar Danny yang membawa pulang hadiah Rp 51 juta dari total hadiah Rp 300 juta yang disediakan.
“Di hole 18 saya masih belum yakin bakal menang. Hanya selisih dua pukulan itu belum aman. Tadi lihat kan bola Naraajie tinggal sedikit lagi ke hole. Eagle tuh,” tambah Danny, yang sempat berpikir akan play-off.
Meski akhirnya hanya menempati posisi kedua, Naraajie masih menyabet gelar the Lowest Amateur (pegolf amatir terbaik). Ini merupakan gelar keduanya secara berturut-turut setelah Seri II IGT Februari lalu. Membukukan dengan empat birdie dan satu bogey di hari terakhir, Naraajie tidak terlalu kecewa dengan hasil hari ini.
“Saya cukup puas karena bisa melakukan perlawanan ketat dengan professional terbaik Indonesia. Sayang, putt saya kurang bagus hari ini, sehingga tidak maksimal,” kata Naraajie.
Tugu Pratama Indonesia, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang usaha asuransi cukup puas dengan penyelenggaraan Seri III Indonesian Golf Tour (IGT), meski masa persiapannya cukup singkat. Ini merupakan keterlibatan pertama Tugu Pratama Indonesia dalam kompetisi professional Indonesia setelah pada 1990-an Tugu Pratama sangat rutin berpartisipasi dalam turnamen golf professional.
“Kami terlibat dalam turnamen golf professional seperti IGT ini didasari karena keinginan untuk ikut memajukan golf professional Indonesia. Minimnya keterlibatan sponsor membuat kami tergugah untuk ikut berpartisipasi,” kata Sigit Sucipto, PT Direktur Marketing Tugu Pratama Indonesia. “Untuk IGT ini, kami ingin turnamen yang lebih besar dari yang biasanya. Itu sebabnya hadiah yang disediakan berjumlah Rp300 juta.”