Akuisisi Asset Dari Luar Negeri Ditargetkan Sumbang 33 Persen Target Produksi Pertamina
Jakartakita.com – Untuk merealisasikan target produksi 1,9 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) pada 2025 guna mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, PT Pertamina (Persero) akan menggencarkan akuisisi asset Migas di dalam dan di luar Negeri.
Bahkan akuisisi asset dari luar negeri (Overseas) diandalkan mampu menyumbang 33% target produksi tersebut.
Menurut Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, produksi dari domestik dipastikan tidak akan mampu mengimbangi kebutuhan minyak yang terus meningkat.
Apalagi kondisi sumur-sumur migas yang ada sudah berumur tua sehingga secara alami produksi terus menurun. Disisi lain, penemuan cadangan minyak baru juga belum terjadi.
Data Pertamina dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukan kebutuhan minyak di tanah air bisa mencapai 1,6 juta barel per hari (bph) pada 2020, kontribusi minyak nasional hanya 642 ribu bph.
Pertamina mensuplai dari domestik diperkirakan hanya 277 ribu bph dan sisanya baru lapangan overseas.
“Ini juga belum cukup sehingga Pertamina perlu mengiatkan untuk mendapatkan cadangan-cadangan minyak di luar,” kata Syamsu, dalam Media Gathering Direktorat Hulu Pertamina di Cirebon, Jawa Barat, Minggu (9/4/2017).
Adapun rencana akusisi atau pencarian minyak di luar negeri sangat sesuai dengan road map Pertamina di sektor pengolahan.
Syamsu menuturkan bahwa, Perseroan sudah mulai mengembangkan dan meningkatkan kapasitas empat kilang yang sudah ada dan membangun dua kilang baru.
“Jika kita punya aset diluar bisa kita bawa pulang. Kita juga tingkatkan kapasitas kilang, sehingga minyak dari luar bisa dikelola di Indonesia. Dengan begitu impor produk bisa dikurangi,” ungkap Syamsu.
Saat ini, lanjut dia, Pertamina sudah memiliki tiga blok di luar negeri yang telah berproduksi, yaitu di Aljazair, Irak dan Malaysia. Pertamina juga tengah mempercepat kajian untuk segera melakukan kegiatan produksi di Nigeria dan Gabon.
Selain itu, juga terdapat tujuh blok yang sudah dalam tahap eksplorasi, antara lain Namibia, Tanzania, Myanmar, Perancis, Italia, Kolombia dan Canada.
“Jadi sekarang kita bersyukur Pertamina ada di 12 negara,” kata Syamsu.
Ditambahkan, sejumlah langkah yang dilakukan Pertamina tentu tidak lepas dari upaya memenuhi target pemerintah yang mencanangkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian keempat terkuat setelah China, Amerika, dan India, dengan GDP US$ 15,432 miliar pada 2050. (Edi Triyono)