Hunian Berbasis Transit Oriented Development Tengah Diminati
Jakartakita.com – Potensi pasar dan karakteristik unik lokasi hunian, khususnya terkait antarmoda transportasi publik akan memudahkan masyarakat melakukan mobilitas, baik dengan kendaraan pribadi ataupun transportasi publik.
Ketika memilih sebuah hunian, alternatif jalur commuter line, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT) dan Bus Rapid Transit (BRT) kini harus menjadi perhatian.
Menurut Sigit Irfansyah, Direktur Perencanaan dan Pengembangan, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, Kementerian Perhubungan RI mengatakan, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan RI melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), mendorong beberapa kawasan untuk segera melakukan penanganan terkait permasalahan lalu lintas dan kebutuhan serta fasilitas pendukung transportasi publik.
“Contohnya di Jabodetabek, terkait transportasi telah dilakukan beberapa upaya yang mendorong percepatan pelayanan angkutan umum melalui Jabodetabek Airport Connection (JAC) dan Jakarta Railway Center (JRC), serta penanganan stasiun kereta dengan konsep integrasi,” di Jakarta, Selasa (27/2).
Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy menambahkan, pembangunan hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD) saat ini memang tengah diminati.
Banyak dari pengembang melirik potensi hunian yang terintegrasi dengan transportasi publik.
“Akses jalan tol sudah tidak mampu menampung pengguna mobil, sehingga masyarakat harus berjam – jam di perjalanan. Salah satu solusi bisa dilakukan pemerintah dan pengembang properti adalah melakukan kolaborasi membangun kawasan yang dekat dan lengkap ada transportasi publik. Karena untuk membangun kawasan terintegrasi dan multiplier effect harus perhatikan transportasi publik. Kondisi ini akan memudahkan masyarakat atau penghuni kawasan tersebut dan meningkatkan perkembangan daerah tersebut,” papar Yoga.
Lebih rinci dijelaskan, dengan dibangunnya hunian yang memiliki kemudahan fasilitas transportasi umum, maka harapan kedepan masyarakat bisa tinggal di kawasan yang strategis dan memiliki akses mudah ke jantung ibu kota Jakarta.
“Saat ini, masyarakat ketika merencanakan pembelian hunian akan mempertimbangkan akses transportasi yang tersedia di lokasi tersebut. Sebuah kawasan hunian dengan kemudahan akses transportasi yang baik akan sangat diminati. Tolak ukur masyarakat adalah pembangunan infrastruktur transportasi commuter line, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT) dan Bus Rapid Transit (BRT),” terang Yoga.
Sementara itu, Budi Yanto Lusli, President Director Synthesis Development menyambut baik dorongan dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terkait penyediaan transportasi pendukung di Jabodetabek.
“Synthesis Development menyadari, saat ini diperlukan sinergitas semua kalangan, pemerintah, operator, lembaga profesional dan pengembang untuk memiliki pemahaman yang sama tentang sistem transportasi masa depan sebagai bagian dari solusi hunian,” jelas Budi.
Saat ini, lanjut Budi, masyarakat membutuhkan hunian yang tak sekadar memberikan akses transportasi nyaman ke pusat kota, tapi juga kawasan perkotaan dengan manajemen baik. Hal tersebut menjadi bekal penting untuk menciptakan solusi kawasan hunian.
Adapun Mandrowo Sapto, Managing Director Synthesis Development juga menyatakan, “Synthesis Development berharap kedepannya dapat berkolaborasi bersama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan PT. Transportasi Jakarta untuk mengembangkan Prajawangsa City dengan pola tata ruang sebagai kawasan superblok yang accessible di Cijantung.”