Pengamat : Jakarta Masih Berorientasi Kepada Kendaraan Pribadi, Terutama Mobil
Jakartakita.com – Belum lama ini, di Main Atrium Mall @ Bassura, Bassura City, Jakarta Timur, pengembang Synthesis Development menggelar bincang siang bertema ‘Aksesibilitas Transportasi & Investasi Properti Sebagai Keunggulan Hunian’ dengan menghadirkan narasumber; Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), Ahmad Gozali, Financial Planner Consultant dan Asnedi selaku Property Investment Advisor Synthesis Development.
Dalam kesempatan itu, Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), menyayangkan kota Jakarta yang masih berorientasi kepada kendaraan pribadi, terutama mobil.
“Konsep kotanya memang dibuat pada era ’90-an, saat mobil menjadi primadona,” jelasnya.
“Dampaknya sekarang macet. Energi yang kita perlukan untuk melakukan mobilisasi dari hunian kita saja sudah besar sekali,” sambung dia.
Karena itu, dirinya bersama lembaga terkait berinisiatif untuk mengubahnya, menjadikan Jakarta kota yang lebih ramah kepada manusianya, khususnya pejalan kaki.
“Goal kita, di tahun 2030 nanti di Jakarta, tidak ada lagi masyarakat yang bepergian sehari-hari dengan mengendarai mobil,” lanjut Yoga.
“Kita ingin kota yang dekat dengan angkutan massal. Dan aksesnya, semisal trotoar dari hunian ke halte bus, bagus.”
Sementara perencana keuangan Ahmad Gozali, memaparkan bahwa idealnya kita harus memilliki aset yang terdiri atas kombinasi: aset likuid (tabungan, deposito, dan produk perbankan lain), bisnis sendiri atau investasi di bisnis orang lain melalui pasar modal dalam bentuk saham atau reksadana, serta aset tetap (investasi seperti properti dan emas).
Khusus investasi properti, ia menjabarkan, terdapat tiga potensi keuntungan berupa cashflow, capital gain, dan collateral.
“Properti kelas bawah di Jabodebek Banten saja harganya rata-rata naik (capital gain) 7,71% per tahun. Jika disewakan, kita memperoleh pemasukan (cash flow) sebesar 8-11% dari nilai propertinya. Dan ketika digunakan sebagai agunan (collateral) ke bank, nilainya mencapai 80% dari nilai pasar,” ungkap Gozali.
Adapun Asnedi selaku Property Investment Advisor Synthesis Development menjelaskan, guna menyikapi persoalan dan potensi properti di Jakarta, Synthesis Development menghadirkan Prajawangsa City sebagai salah satu jawabannya. Hunian di kawasan superblock ini memiliki akses yang mudah ke berbagai pilihan transportasi massal, mulai dari angkot, commuter line, bus Transjakarta, dan tak lama lagi LRT.
Secara spesifik, jelas Asnedi, Prajawangsa City juga merupakan solusi bagi para milenial, yang diramalkan bakal makin kesulitan untuk memiliki hunian.
“Cuma dengan bayar cicilan 5 juta per bulan, dapat gratis tinggal di apartemen Bassura City sampai apartemen di Prajawangsa City siap huni,” tuturnya.
“Apalagi apartemen itu praktis, nggak pake ribet, seperti maunya milenial,” tandasnya.