Kemenpar Dukung Festival Maksaira 2018
Siap Catatkan Rekor MURI Mancing Ikan Kerapu dengan Peserta Terbanyak
Jakartakita.com – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung penyelenggaraan Festival Maksaira 2018, yang akan berlangsung di pantai Wai Ipa hingga pantai Desa Bajo, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, pada hari Minggu, 15 April 2018.
Adapun event atraksi wisata budaya dan bahari kali ini, merupakan penyelengaraan ke tiga.
Menurut Bupati Kepulauan Sula, Hendrata Thes, daerahnya memiliki potensi pariwisata yang beragam, di antaranya; wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah serta wisata bahari.
“Hal inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula menggelar Festival Maksaira sebagai kegiatan tahunan. Ciri khas festival yang digelar untuk ketiga kalinya ini adalah kegiatan lomba mancing Ikan Kerapu dengan lokasi di Pantai Desa Wai Ipa hingga pantai Desa Bajo,” kata Hendrata Thes kepada awak media, dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (9/4/2018).
Menurut rencana, event kali ini akan dicatatkan sebagai pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk aktivitas memancing ikan kerapu dengan peserta terbanyak.
Adapun penciptaan rekor MURI, sebenarnya bukan yang pertama kalinya dilakukan, karena di tahun 2015 lalu, penghargaan MURI pernah diraih oleh Kabupaten Sula untuk event membakar ikan secara bersama-sama sepanjang 15 kilometer.
“Maksaira oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula dimaknai sebagai musyawarah untuk membangun kebersamaan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan (gotong royong) untuk kemajuan bersama. Adapun kegiatan memancing ikan kerapu dengan peserta terbanyak, tidak terlepas dari semangat kearifan lokal masyarakat Sula untuk membangun kebersamaan dan gotong royong, yang tercermin dalam Festival Maksaira 2018,” tutur Hendrata.
Ditambahkan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula akan mengembangkan wisata bahari, karena memiliki banyak pantai menarik yaitu; Pantai Baleha, Pantai Fatkauyon, Pantai Desa Waisum, Pantai Wai Ipa, Pantai Mangoli, dan Pantai Teluk Harimau.
Selain itu, wisata alam yang potensial untuk digarap, yaitu; Telaga Kaban, Pulau Kucing, Air Terjun Wailau, Air Terjun Waitina, Selat Capalulu, dan Pulau Pagama.
Sedangkan untuk wisata sejarah, terdapat benteng peninggalan Portugis (De Verwachting Alting), Air Santosa, Batu Gadis (Fatfma Koa), situs makam Imam Jawa, Tanjung Mata Aya Bo Fat Tina.
Adapun untuk wisata budaya, yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di antaranya; Tarian Denge, Gambus, Bambu Gila, Silat Tradisional, Belayai Laut dan Laka Baka.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengatakan, Festival Maksaira yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun sebagai upaya mengenalkan dan mempromosikan potensi pariwisata Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara.
“Kegiatan festival atau atraksi budaya menjadi bagian penting dari unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) dalam meningkatkan daya saing destinasi, agar banyak dikunjungi wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman),” kata I Gde Pitana.
Kemenpar, lanjutnya, mengapresiasi tekad Kabupaten Kepulauan Sula yang membangun daerahnya dengan menempatkan bidang pariwisata, industri perikanan dan pertanian berbasis wawasan dan teknologi tepat guna sebagai program utamanya.
“Dengan semakin meningkatnya unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas), di masa depan Kabupaten Kepulauan Sula bisa menjadi daerah tujuan wisata favorit di Provinsi Maluku Utara, yang mengandalkan potensi budaya (culture), alam (nature) dan buatan manusia (man made),” terangnya.
Lebih lanjut, dirinya juga mengatakan, bahwa pariwisata Sula dibangun bukan untuk semua orang datang berkunjung.
“Dengan segala keindahan alam dan budayanya, Sula diharapkan bisa menjadi salah satu special interest tourism, dimana orang yang berkunjung benar-benar suka dengan wisata bahari,” pungkas Pitana. (Edi Triyono)