RSCM Beberkan Perkembangan Transplantasi Hati
Jakartakita.com – Keterangan Foto: (kiri-kanan) dr. Sastiono, SpB, SpBA(K), Dr. dr. Hanifah Oswari, SpA(K), Dr. dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K), Dr. dr. Toar J.M Lalisang, SpB(K)BD, Dr. dr. Andri Sanityoso, SpPD-KGEH, memberikan paparan mengenai transplantasi hati pada acara Press Conference Transplantasi Hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Senin (07/5/2018).
Dalam kesempatan tersebut, diungkapkan bahwa transplantasi hati merupakan terapi untuk gagal hati tahap lanjut.
Adapun gagal hati merupakan tahap akhir dari penyakit kronik hati dimana memiliki beberapa gejala, antara lain; kuning pada kulit dan mata, nyeri pada bagian perut atas kanan, perut buncit, mual dan muntah, muntah dan BAB darah,hingga gangguan kesadaran.
Menurut Dr. dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K), transplantasi hati mulai dikerjakan sejak tahun 1963, sedangkan transplantasi hati donor hidup mulai dikerjakan sejak tahun 1988.
“Transplantasi hati yang dikerjakan di Indonesia saat ini hanya transplantasi hati donor hidup, yaitu sebagian hati diambil dari donor lalu dicangkokkan ke penerima hati (resipien),” jelasnya.
Transplatasi hati pertama kali dikerjakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2010 dimana dikerjakan pada 1 pasien dewasa dan 1 anak.
Pada tahun 2010-2014, perkembangan transplatasi hati tidak terlalu pesat karena terbentur masalah medis, donor, dan lain sebagainya, sehingga hanya bisa dikerjakan pada 1 atau 2 pasien setiap tahunnya.
Namun, sejak 2015 sampai sekarang, perkembangan transplantasi hati cukup pesat sehingga RSCM bisa mengerjakan rata-rata 8-14 pasien/tahun.
Jumlah pasien yang telah dikerjakan hingga saat ini adalah 47 pasien, terdiri dari 6 pasien dewasa dan 41 pasien anak.
Selama 8 tahun, dari 47 pasien tersebut, angka bertahan hidup selama 1 tahun setelah operasi adalah 87%. Sementara, semua donor berhasil dioperasi dengan baik dan tidak ada menimbulkan komplikasi.
Angka ini tidak berbeda jauh dengan luar negeri, misalnya Jepang yang mencapai 89%.
Hal ini sangat baik, oleh karena fasilitas yang ada di Indonesia belum semaju dengan fasilitas yang ada di luar negeri.
Adapun dr. Sastiono, SpB, SpBA(K) mengungkapkan, transplantasi hati diindikasikan pada pasien gagal hati akut maupun kronik. Penyebab gagal hati bermacam, baik antara dewasa dan anak berbeda.
Gagal hati pada orang dewasa sering disebabkan beberapa penyakit, seperti hepatitis B dan C, kanker hati, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan anak-anak, gagal hati paling banyak disebabkan oleh kelainan bawaan, misalnya atresia bilier dan alagille syndrome. Pada anak-anak, penyebab gagal hati paling banyak disebabkan atresia bilier.
“Setiap kasus gagal hati tahap lanjut yang terindikasi untuk transplantasi hati memerlukan penanganan yang komperhensif dan multidisiplin. Hal tersebut bisa dikerjakan dengan baik di RSCM, mengingat pengalaman penanganan pasien selama 8 tahun terakhir. Pasca operasi pun, pasien juga akan terus diobservasi dengan baik dan ditangani secara komperhensif dan multidisplin,” tandasnya.