ADB Biayai Pembangkit Listrik Tenaga Surya PV Skala Utilitas Pertama di Indonesia
Paket pinjaman ini adalah bagian dari pembiayaan portofolio dua tahap dengan nilai total sekitar $160 juta untuk investasi baru di bidang energi terbarukan di Indonesia
Jakartakita.com – Asian Development Bank (ADB) mengumumkan paket pembiayaan sektor swasta senilai sekitar $40 juta untuk berinvestasi di pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik (PV) skala utilitas pertama di Indonesia, berbasis pembiayaan proyek.
Paket pinjaman ini adalah bagian dari pembiayaan portofolio dua tahap dengan nilai total sekitar $160 juta untuk investasi baru di bidang energi terbarukan di Indonesia.
ADB akan berinvestasi dalam dua tahap pada aset energi terbarukan yang sedang dikembangkan Vena Energy, sebelumnya bernama Equis Energy–produsen independen listrik terbarukan terbesar di Asia dan Pasifik, dengan 11 gigawatt dalam operasi, konstruksi, dan pengembangan.
Investasi ini akan membantu konstruksi, operasi, dan pemeliharaan portofolio proyek energi, termasuk sebuah ladang angin dan empat pembangkit listrik tenaga surya PV di Kawasan timur Indonesia.
Tahap pertama, yang ditandatangani pada Desember 2017, berupa pembangkit listrik tenaga angin 72 megawatt (MW) di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Paket pembiayaan ADB untuk PT Energi Bayu Jeneponto, anak perusahaan Vena Energy, seluruhnya bernilai $120,8 juta, termasuk pembiayaan dari dua dana perwalian yang dikelola ADB, yaitu Leading Asia’s Private Infrastructure Fund (LEAP) dan Canadian Climate Fund for the Private Sector in Asia II (CFPS II).
Tahap kedua, yang ditarik untuk pertama kalinya, terdiri atas pembangkit listrik tenaga surya PV berkapasitas 21 MW di Likupang, Sulawesi Utara, dan tiga pembangkit listrik tenaga surya PV yang masing-masing berkapasitas 7 MW di Pringgabaya, Selong, dan Sengkol di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Paket pembiayaan ADB seluruhnya bernilai $40,2 juta bagi empat anak perusahaan Vena Energy. Tahap kedua juga mencakup administrasi pinjaman dari LEAP dan CFPS II. Pembangkit listrik tenaga angin dan surya akan memasok energi bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN), utilitas listrik nasional di Indonesia.
“Dengan mendukung pembiayaan bagi energi terbarukan yang mampu mengubah sektor tersebut, dan melalui pendekatan portofolio yang inovatif, ADB dan Vena Energy telah berhasil menambah lebih dari 114 MW energi bersih ke jaringan kelistrikan Indonesia, sambil sekaligus membantu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil dan mendorong pengembangan energi terbarukan,” kata Jackie B. Surtani, Direktur Divisi Pembiayaan Infrastruktur untuk Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik di Departemen Operasi Sektor Swasta (PSOD) ADB dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Jumat (25/5/2018).
“Indonesia telah mengikrarkan komitmen kuat bagi energi terbarukan, dan bertekad akan memanfaatkan sumber daya tenaga surya dan anginnya yang cukup besar agar energi terbarukan bisa mencapai 23% dalam bauran energi keseluruhan Indonesia pada 2025,” sambung Nitin Apte, Chief Executive Officer di Vena Energy.
“Vena Energy akan menggunakan rekam jejak pengembangan proyek regional kami, kemampuan teknis, dan skala keekonomian untuk menghasilkan energi berbiaya rendah yang bersih guna mendukung prakarsa pemerintah, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat,” jelasnya lagi.
Lebih lanjut diungkapkan, pinjaman CFPS II untuk kedua tahap proyek ini sangat penting dalam membantu para sponsor menjembatani kekurangan pembiayaan di tengah lingkungan tarif yang relatif rendah di Indonesia dan membawa proyek-proyek tersebut ke pasar.
Pembiayaan konsesi diperlukan untuk meningkatkan pengembalian hasil sehingga dapat mengatasi risiko sebagai pelopor, sekaligus mengatasi berbagai tantangan teknis dan regulasi. Transaksi-transaksi ini diharapkan akan memperlihatkan kelayakan komersial pembiayaan yang bersifat terbatas (limited recourse) untuk proyek energi terbarukan dan membantu Indonesia membuka pasar energi terbarukan bagi sektor swasta.
CFPS II dibentuk pada Maret 2017 dengan kontribusi sekitar $150 juta dari Pemerintah Kanada untuk mendukung partisipasi sektor swasta yang lebih besar di berbagai proyek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta mengedepankan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dewasa maupun remaja di berbagai proyek yang didukung dana ini.
LEAP adalah salah satu sarana pembiayaan bersama (cofinancing) ADB yang dikhususkan bagi infrastruktur sektor swasta di Asia dan Pasifik. Diluncurkan pada Agustus 2016, LEAP didukung oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan komitmen ekuitas senilai $1,5 miliar.
Jika digabungkan dengan modal ADB sendiri dan mitra komersialnya, dana ini diharapkan mampu memberikan pembiayaan paling tidak senilai $6 miliar dan memungkinkan ADB meningkatkan dukungan bagi infrastruktur berkualitas dan berkelanjutan.
ADB, yang berbasis di Manila, dikhususkan untuk mengurangi kemiskinan di Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pertumbuhan yang menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan integrasi kawasan. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 67 anggota—48 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik. Pada 2017, operasi ADB mencapai $32,2 miliar, termasuk $11,9 miliar dalam bentuk pembiayaan bersama.