ARTOTEL Haniman-Ubud Bali Hadirkan Kejayaan Lukisan Abstrak Gaya Bali Lewat Seni Mural Orisinal Karya Seniman Kemal Ezedine
Jakartakita.com – ARTOTEL Group pada akhir Juni lalu meluncurkan pembukaan ARTOTEL Haniman-Ubud, sebuah hotel 22 kamar yang terletak di pusat kota, berjarak hanya beberapa menit dari Puri Ubud dan obyek-obyek wisata kota Ubud yang ikonis.
ARTOTEL Haniman-Ubud bergabung dengan merek ARTOTEL oleh ARTOTEL Group, yang diluncurkan pada tahun 2011, sebagai koleksi unik dari properti yang mengusung seni kontemporer yang menawarkan pengalaman menginap yang unik dan momen yang berharga.
Adapun Bali, dalam sejarahnya memiliki cerita sendiri terkait lukisan abstrak. Sejatinya ia memiliki posisi yang berbeda dengan Bandung dan Yogyakarta sebagai pusat “kelahiran” lukisan abstrak Indonesia.
Pada puncaknya di era 80-an, lukisan abstrak gaya Bali mendadak marak dijadikan dekorasi hotel-hotel yang baru di bangun di masa pemerintahan orde baru.
Dampak dari over-komersialisasi lukisan abstrak Bali ini tidak lagi ‘dibaca’ sebagai wacana seni rupa, karena ia dihadirkan tak lebih sebagai elemen estetis atau dekorasi semata bagi bangunan hotel. Hal ini mengakibatkan gaya lukisan abstrak Bali pelan-pelan tersingkir dari kancah seni rupa nasional.
Meski demikian, pelukis-pelukis abstrak Bali di zaman itu tidak surut untuk terus berkarya mengekspresikan gaya lukis abstrak mereka dan tetap memiliki karakter yang berbeda dari gaya-gaya abstrak di saat itu dan pelakunya sampai saat ini masih ada.
Sementara itu, kehadiran ARTOTEL yang lekat dengan komponen seni kontemporer didalamnya, membuat pelukis muda Kemal Ezedine berpikir untuk mengembalikan gaya abstrak yang terintegrasi dengan bangunan hotel.
Menurutnya, keberadaan ARTOTEL menjadi penting untuk melihat posisi lukisan abstrak dan relasinya dengan kebutuhan interior hotel di Bali.
“ARTOTEL yang selama ini banyak bekerja sama dengan seniman-seniman, saya rasa cocok untuk menampilkan kembali lukisan abstrak Bali dengan dengan perspektif baru, yaitu tidak hanya dibaca sebagai elemen estetis atau dekorasi tetapi juga ‘bagaimana melihat konten di dalam sebuah lukisan abstrak’ dalam perspektif seni kontemporer bagi orang awam. Atau dengan kata lain, membicarakan seni di hotel hanya bisa dilakukan di ARTOTEL,” ujar Kemal dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Kemal terinspirasi untuk menggunakan gaya mural untuk mem-visualkan gaya lukisan abstrak.
Lewat goresan-goresannya di ke-22 kamar tamu di ARTOTEL Haniman-Ubud, dimana Kemal berupaya mengembalikan gaya lukisan abstrak itu pada visual-visual mendasar dari lukisan abstrak itu sendiri, yaitu elemen warna, bentuk, garis, komposisi,dan bidang gambar.
Tidak ada pemaknaan khusus dari setiap gambar yang ia buat, melainkan memberi kebebasan sepenuhnya kepada para peminat seni untuk memaknai visual kontemplasi masing-masing individu yang melihatnya. Ini yang kemudian dibaca sebagai ‘pure abstract’.
“Dengan demikian, penggabungan antara hotel dan wacana seni itu akhirnya bisa dijawab dengan keberadaan ARTOTEL. Karena dengan adanya ARTOTEL, posisinya menjadi penting untuk melihat dan membicarakan kembali tentang lukisan Abstrak Bali,” tandas Kemal.