SingEx Exhibitions & Deutsche Messe Siap Gelar Acara Industri 4.0 Pertama di Asia Tenggara
Jakartakita.com – Menjawab permintaan yang tinggi dari komunitas manufaktur, SingEx Exhibitions bersama rekan internasional Deutsche Messe akan menggelar pameran perdagangan Industri 4.0 pertama di Asia Tenggara.
Pameran perdagangan bertajuk ‘Industrial Transformation Asia-Pacific’ ini, akan berlangsung di Singapore Expo, Singapura, dari tanggal 16 – 18 Oktober 2018.
Sony Sulaksono selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa, acara tersebut adalah sebuah platform perdagangan baru bagi komunitas manufaktur di Asia Pasifik untuk memulai dan menampilkan persiapan mereka menghadapi perubahan transformasional oleh Revolusi Industri ke-4.
Kegiatan tersebut akan menampilkan lebih dari seratus pionir industri dari 15 negara, yang akan disampaikan melalui pendekatan “Learning Journey” yang unik.
Acara ini juga akan diramaikan oleh lebih dari 10 ribu hadirin dari lebih 30 negara.
Menurut Sony, Indonesia dapat menjadi salah satu dari 10 negara industri terbesar di dunia jika industrinya berhasil menyesuaikan diri dengan revolusi industri ke-4 yang tengah melanda dunia kini.
“Revolusi industri ke-4 ini bisa kita manfaatkan agar menjadi 10 negara industri terbesar di dunia serta kembali jadi negara net exporter lagi,” kata Sony, dalam acara roadshow ‘Industrial Transformation Asia-Pacific’, di Jakarta, Selasa (25/09/2018).
Untuk diketahui, industri-industri di dunia kini memasuki era baru yaitu industri 4.0 yang digerakkan oleh teknologi digital seperti big data dan data analitik, Internet of Things (IoT), sampai teknologi robotik.
Pemerintah Indonesia sendiri lewat Kementerian Perindustrian telah mencanangkan program Making Indonesia 4.0 untuk lima sektor industri, yaitu; food & beverages, tekstil, otomotif, elektronik, dan chemical.
“Pemanfaatan teknologi dari revolusi industri 4.0 akan berimbas pada meningkatnya produktivitas kerja, meningkatkan efisiensi, namun tetap menjaga mutu produk yang dihasilkan,” papar Sony.
Sementara itu, Plt Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma), Djoko Wiyono mengungkapkan bahwa industri logam dan mesin di Indonesia ternyata belum masuk ke industri 4.0.
“Posisi industri yang ada di Gamma masih ada di revolusi industri ke-2 dan ke-3,” ucap Djoko dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, agar industri logam dan mesin juga bisa masuk ke industri 4.0 maka harus mulai dipersiapkan jalannya oleh semua pihak.
“Harus ada kolaborasi, tidak hanya swasta, tapi juga regulator,” tegas Djoko. (Edi Triyono)