PT Martino Berto, Tbk Gandeng Clariant untuk Mempromosikan Ekspor Produk Domestik dari Indonesia
Jakartakita.com – PT Martino Berto, Tbk menjalin kerjasama dengan Clariant untuk memasarkan 12 produk inovatif dari PT. Martina Beno, Tbk dengan memanfaatkan jaringan internasional Clariant.
Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan oleh Direktur PT. Martina Beno, Tbk. Kunto Widarto dan Head of Business unit Industrial and Costumer Specialities Clariant Asia Pacific, Francois Bleger.
Kerja sama ini merupakan upaya untuk mempromosikan ekspor produk-produk domestik dari Indonesia, seperti yang telah digarisbawahi oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, untuk meningkatkan kinerja ekspor lndonesia.
Kolaborasi antara PT. Martina Berto, Tbk dan Clariant juga didasari oleh antusiasme kedua perusahaan untuk mengintensifkan pasar hilir dengan meningkatkan daya saing produk yang dicanangkan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Asal tahu saja, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus mendorong melakukan penelitian yang dibutuhkan oleh industri untuk menghasilkan inovasi guna memaksimalkan hasil penelitian sebagai fokus bisnis utama mereka.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengungkapkan, pihaknya telah melakukan kerja sama dua tahun lalu dengan Martha Tilaar Group dengan melakukan penelitian 12 produk inovatif.
“Penelitian ini dilakukan oleh Martha Tilaar bersama dengan beberapa perguruan tinggi, lembaga litbang dan termasuk Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan ini akan dikembangkan terus,” ucap Jumain usai menghadiri penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT Martino Berto, Tbk dan Clariant di Jakarta, Senin (1/10/2018).
lndonesia sendiri memiliki kekayaan alam terbesar kedua di dunia setelah Brasil namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Produk alami, khususnya, diyakini memiliki peluang bagus di pusat ekspor, karena itu pemerintah berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan nilai ekspor dan investasi di sektor-sektor produktif seperti berbagai industri manufaktur.
Sejalan dengan visi dan misi Martha Tilaar Group untuk memanfaatkan kekayaan alam lndonesia sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas hasil inovasi anak bangsa yang memiliki nilai ekonomi, sejak awal berdiri PT Martina Berto, Tbk salah satu unit bisnis dari Martha Tilaar Group telah berkomitmen untuk memanfaatkan kekayaan alam asli Indonesia.
Konsistensi dan inovasi atas produk-produk kosmetik dilakukan dengan menggali kearifan budaya lokal dan meriset secara serius berbagai TOKA (Tanaman Obat, Kosmetik dan Aromatik), aneka buah dan bunga dan bahkan membudidayakan pengembangan tanaman-tanaman tersebut melalui Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) Martha Tilaar.
Walhasil, produk-produk baru telah dikembangkan, termasuk inovasi ekstrak buah Langsat dan bunga kembang sepatu (Hibiscus), yang digunakan sebagai formula produk Sariayu Putih Langsat, Ekstrak Cabai, Ekstrak Kemangi, Ekstrak Jambu biji, Ekstrak Meniran, Ekstrak Remujung, Ekstrak Pegagan, Ekstrak Jeruk Purut, Ekstrak Tebu, Ekstrak Manggis, Ekstrak Delima, Ekstrak Java Complex dan Ekstrak Oxi Complex.
Tak hanya itu, Martha Tilaar Innovation Center (MTIC), PT. Martina Berto, Tbk juga bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, setiap 5 tahun sekali yang dimulai sejak tahun 2007 lalu, rutin menyelenggarakan Ristekdikti – MTIC Award dalam upaya memotivasi peneliti agar dapat memadukan pengetahuan leluhur, teknologi, sumber daya alam Indonesia dan consumer insight dalam kegiatan penelitiannya, serta meningkatkan kesadaran konsumen dalam pemanfaatan kekayaan alam Indonesia khususnya di bidang kesehatan, obat tradisional dan kecantikan.
Melalui MTIC, PT. Martina Berto, Tbk mengembangkan dan memproduksi bahan aktif alami yaitu Ekstrak Berto yang menggunakan hasil sumber daya alam Indonesia, baik untuk kebutuhan internal maupun untuk ekspor.
Langkah ini adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor karena hampir 35% bahan baku yang digunakan untuk produksi kosmetik di dalam negeri merupakan bahan baku impor. (Edi Triyono)