Jakartakita.com – Perkembangan teknologi informasi pada saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang mampu menguasai dunia.
Negara-negara Asia, seperti India, Republik Korea, dan Tiongkok juga sudah mengikuti arus ini dan mendominasi industri ini. Banyak startup yang muncul dan tumbuh dari negara-negara tersebut.
Bagaimana dengan negara kita, Indonesia?
Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia, namun masih memiliki kekurangan developer lokal yang berkualitas.
Untuk mengisi kekurangan talenta tersebut, banyak startup yang kemudian lebih memilih untuk merekrut pekerja asing.
Padahal, lulusan Tehnik Informatika di Indonesia sangat banyak tiap tahunnya tapi belum tentu semuanya langsung dapat kerja atau mudah dapat kerja. Kendalanya ada pada penggunaan bahasa Inggris.
Co-Founder and Developer Belajar Coding, Nicholas Rahardja mengungkapkan, bahasa Inggris adalah bahasa universal untuk pengkodean tetapi masih banyak orang Indonesia yang belum menguasai bahasa Inggris.
Menurutnya, akan sangat sulit untuk berkembang jika ketika belajar pengkodean harus selalu berhenti dan belajar bahasa Inggris lebih dahulu, apalagi kata-kata itu akan benar-benar di luar konteks sehingga sangat menyulitkan untuk belajar pengkodean apalagi untuk orang yang tidak dapat berbahasa Inggris sama sekali.
Hal inilah yang mendorong Belajar Coding untuk memberikan pelatihan dan pendidikan tehnik informasi terutama dalam masalah pengkodean atau programming dengan bahasa Indonesia.
“Belajar Coding hadir untuk melayani. Yang harus mereka lakukan adalah masuk ke situs web dan mulai belajar Jave dan Python langsung di tempat. Semakin banyak latihan yang mereka lakukan semakin banyak medali yang mereka dapatkan. Kami menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk mencari tahu apa yang akan memotivasi mereka untuk terus belajar,” kata Nicholas dalam sebuah diskusi bertajuk ‘The Importance of Technolgy for Indonesia’s Youth’ di Jakarta, Sabtu (27/10/2018).
Sementara itu, Co-Founder Belajar Coding, Marco Widodo mengungkapkan kontribusi Belajar Coding kepada Indonesia.
Pasalnya, hanya 23 juta dari 240 juta orang di Indonesia yang berbicara bahasa Inggris, atau kurang dari 10%. Ini berarti 90% dari populasi mungkin kehilangan belajar cara kode.
Menurut Marco, langkah yang akan diambil selanjutnya oleh Belajar Coding adalah menjangkau 8 juta audiens siswa melalui platform pengajaran online dan bergabung dengan organisasi yang diakui oleh UNICEF yang berfokus pada pengembangan pemuda.
“Sulit untuk memikirkan di mana untuk mulai menyelesaikan masalah kemiskinan dan kurangnya pendidikan, tetapi sekarang saya pergi tidur di malam hari mengetahui bahwa ada seseorang di pulau terpencil yang masuk ke situs web kami dan belajar bagaimana kode dalam Bahasa Indonesia,” ungkap Marco.
Turut hadir dalam diskusi ‘The Importance of Technology for Indonesian’s Youth’ yaitu; Rony Setiawan selaku Lead Develover for Telkom Indonesia, Ellen selaku Head Data Scientist for Red and White Consulting dan Sally Taher selaku Founder of Red and White Consulting. (Edi Triyono)