Kecanduan Gawai Picu Kerusakan Saraf Tepi
Jakartakita.com – Saat ini, smartphone menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan bagi banyak orang, khususnya kaum urban.
Bahkan, penggunaan gadget atau gawai saat ini menjadi kebutuhan krusial masyarakat terkait dengan kemudahan komunikasi, mencari informasi, hingga transportasi.
Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017 menyebutkan, jumlah pengguna internet mencapai 143 juta atau hampir 55% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta jiwa.
Adapun sebanyak 98,2% generasi millenial menggunakan smartphone untuk mengakses informasi rata-rata 7 jam sehari.
Walhasil, kebiasaan ini berisiko terkena kerusakan saraf tepi atau neuropati dan dapat berisiko fatal apabila tidak ditangani segera dengan benar.
Anie Rachmayani, Consumer Health Associate Director of Marketing, PT P&G PHCI Indonesia mengakui, saat ini teknologi berperan penting dalam menunjang aktivitas masyarakat, namun penggunaan dalam jangka waktu lama berisiko terhadap kerusakan saraf tepi.
“Oleh karena itu, pada kesempatan ini, Neurobion berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan dapat menjalani hidup berkualitas melalui kampanye terintegrasi ‘Total Solution’, yang mengajak masyarakat merawat sarafnya. Secara kontinyu, Neurobion mendorong masyarakat agar selalu waspada dengan risiko neuropati melalui deteksi dini dan konsumsi rutin vitamin neurotropik,” terang Anie Rachmayani, di acara diskusi dengan media bertema ‘Fenomena Penggunaan Gawai Memicu Neuropati’ di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2019).
Lebih lanjut dijelaskan, Total Solution yang dikomunikasikan dimulai dari edukasi gejala, dampak, dan pencegahan neuropati, rutin konsumsi produk vitamin neurotropik berkualitas yang terbukti klinis dengan varian yang disesuaikan dengan tingkat gejala, periksa dini di ‘Neuropathy Check Point’ jika merasakan gejala ringan dan segera konsultasikan jika gejala mulai mengganggu, dan aktif melakukan senam kesehatan saraf NeuroMove.
“Masyarakat dapat mengonsumsi Neurobion Forte apabila mengalami gejala neuropati ringan sampai berat. Selanjutnya, untuk menjaga dan mencegah gejala Neuropati muncul kembali, dapat dilanjutkan dengan Neurobion putih,” tutur Anie Rachmayani.
Sementara itu, Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat menjelaskan, aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati, termasuk penggunaan gawai terlalu lama.
“Jadi yang perlu dipahami, dimana bagian tubuh pengguna gawai yang berisiko terkena neuropati adalah jari tangan, karena dapat menyerang saraf tangan dan menyebabkan kesemutan atau kebas hingga rasa nyeri yang menetap. Pencegahan dan pengobatan dini neuropati sangat penting untuk dilakukan mengingat kerusakan saraf akan bersifat irreversible apabila kehilangan serabut saraf diatas 50%,” kata Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K).
Meski demikian, menurut Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), pencegahan neuropati dapat dilakukan dengan mudah.
Dijelaskan, pada Studi Klinis 2018 NENOIN (Penelitian Non-intervensi dengan vitamin neurotropik) membuktikan bahwa konsumsi kombinasi Vitamin Neurotropik yang terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 secara rutin dan berkala dapat mengurangi gejala neuropati seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit secara signifikan hingga 62,9% dalam 3 bulan periode konsumsi.
“Vitamin neurotropik yang digunakan dalam studi ini adalah Neurobion Forte,” ujar Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K).
Sementara itu, Fita Maulani selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Internet of Things Indonesia mengungkapkan, berdasarkan survei APJII 2017, sebanyak 50% pengguna aktif internet menggunakan smartphone.
Survei juga menyebutkan, di kalangan millenial berusia 20 – 35 tahun yang 94,4% telah terkoneksi internet, sebanyak 98,2% menggunakan smartphone rata-rata 7 jam sehari dan bahkan 79% langsung memeriksa smartphone 1 menit setelah bangun tidur.
“Perkembangan teknologi artinya banyak kemudahan. Namun, di saat yang sama screen time lebih lama dan dapat berisiko terhadap kesehatan,” ungkap Fita.
Untuk diketahui, saraf tepi adalah penghubung organ tubuh dengan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dengan seluruh organ tubuh (organ dalam, mata, pendengaran, penghidu, kelenjar keringat, kulit dan otot – otot). Karena itu, sangat penting untuk dijaga agar tetap berfungsi maksimal dan terhindar dari neuropati atau kerusakan saraf tepi.
Ketika saraf tepi mengalami kerusakan, maka akan muncul gejala-gejala seperti kesemutan, kebas, kram, dan kelemahan otot yang disebut dengan neuropati. (Fahrul Anwar)