Jakartakita.com – Dalam rangka memperingati Hari Kartini 2019, iCIO Community, komunitas chief information officer dan eksekutif dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) perusahaan dan organisasi di Indonesia, mengadakan Women Leadership Forum sebagai ajang untuk bertukar ide, berbagi peluang dan kesempatan serta networking untuk lebih mendorong penurunan gender gap di sektor TIK yang massiv di dominasi pria.
Pada kesempatan ini, iCIO Community menegaskan teknologi dan inovasi di era digital ini membuka kesempatan yang sangat luas bagi perempuan Indonesia untuk maju dan berkembang.
Kuncinya terletak pada bagaimana perempuan mau belajar dan mengembangkan diri sehingga tidak tertinggal dan tetap relevan dengan tantangan di era digital serta hadirnya lingkungan mulai dari keluarga, bisnis dan masyarakat yang lebih kondusif.
Acara bertajuk ‘Deep Dive on Disruptive Technology’ ini digelar di secretariat iCIO Community, Centennial Tower Jakarta, Jumat (26/4).
Dalam acara yang dihadiri oleh ratusan perempuan mulai dari para CIO yang menjadi member iCIO Community hingga para profesional di bidang TIK ini, menghadirkan lima pembicara yakni Nia Sarinastiti, Marketing & Communication Director Accenture in Indonesia & Board of Director IBCWE (Indonesia Business Coalition for Women Empowerment; Vira Shanti, Chief Data Officer, OVO: Ellen Nio Associate Patamar Capital ; dan Monika Rudijono, CMO Lazada Indonesia dan Megawati Khie, President Director of IBM Indonesia.
Asal tahu saja, laporan terbaru Google-Temasek Google-Temasek (2018) menyebutkan, ekonomi digital di Indonesia akan menjadi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di bandingkan negara-negara lain di Kawasan Asia Tenggara dan nilainya mencapai US$ 27 milyar pada 2018 dan akan tumbuh menjadi US $100 milyar pada 2025.
Sementara itu, Mckinsey mengungkapkan, 35 persen pendapatan salah satu e-commerce terbesar di Indonesia merupakan kontibusi dari usaha kecil menengah yang dimiliki oleh perempuan di Indonesia. Kontribusi ini masih sangat kecil dibandingkan potensi yang ada. Sejatinya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki basis entrepreneur perempuan paling besar di dunia, yakni 51 persen lebih usaha kecil menengah dimiliki perempuan dan ini jauh melampaui rata-rata dunia yang hanya mencapai 35 persen. Kontribusi mereka mencapai 9,1 persen dari product domestic bruto (PDB).
Selain masalah infrastruktur, McKinsey juga menyebut ada tiga tantangan spesifik yang harus diatasi perempuan Indonesia di era digital, yakni; persoalan digital literasi, perceptions of utility, dan social attitudes.
Sementara itu, Koordinator Divisi Membership iCIO Community, Debbie Nova, menyampaikan bahwa dalam menghadapi era disruptif teknologi yang terjadi pada saat ini, perempuan selaku individu harus melakukan tranformasi. Hal tersebut untuk menjawab peluang yang hadir seiring dengan semakin meluasnya pemanfaatan TIK di dalam setiap lini kehidupan baik personal maupun bisnis.
“Melalui Women Leadership Forum ini, iCIO Community ingin membangun jejaring perempuan yang telah merintis dan sukses berkarir di bidang TIK dan mendorongnya untuk berbagi inspirasi dan peluang kepada perempuan lain agar lebih banyak lagi perempuan-perempuan Indonesia yang mengikuti jejak mereka berkembang dan maju di era disruptif teknologi hari ini dan ke depan,” terang Debbie Nova.